separate
logo

Jan 31, 2009

meidy

CHINA DALAM DAYAK : Potret Inkulturasinya di Kalangan Dayak Mampawah-Kalimantan Barat

 

Pengantar


Orang Dayak memanggilnya “sobat” (sahabat), mereka memanggil Orang Dayak
“darat”, kadang-kadang dipanggilnya juga dengan sebutan laci. Laci artinya anak
keturunan. La = anak, Ci = orang atau keturunan. Anak hasil perkawinan Dayak
dengan Cina disebut Pantokng dan sebaliknya anak hasil perkawinan Cina dengan
Dayak dikenal sebagai Pantongla.

Tulisan ini hanya memotret singkat dalam konteks sejarah, bagaimana relasi Dayak
dan Cina yang hampir sempurna, khususnya kenapa Orang Dayak memanggil Orang Cina
“sobat”, sebuah tata nilai budaya yang sedemikian sempurna, sebagai perwujudan
dari nilai-nilai hidup yang dijaga dan dikembangkan selama ini.

Cina Dalam Dayak; Potret Inkulturasinya

Kata La Ci seringkali diplesetkan orang luar untuk mempengaruhi relasi Dayak
dengan Cina. Menurut Acui (2005), merujuk pada kata La Ci, mungkin mereka
mengakui secara “implisit” bahwa Dayak adalah keturunan dari kelompok imigran
yang telah datang masa 3000-1500 Sebelum Masehi. Panggilan “sobat” Orang Dayak
kepada Orang Cina diatas bukanlah tanpa alas an. Dalam tradisi yang sangat
sakral, misalnya dalam mitologi religiousnya, seorang tokoh Cina merupakan salah
satu tokoh penting yang sangat dihormati bahkan diakui sebagai leluhur Orang
Dayak. Disebutkan, ada 5 orang tokoh, yang mencipta adat: Ne Unte’ Pamuka’
Kalimantatn, Ne Bancina ka Tanyukng Bunga, Ne Sali ka Sabakal, Ne Onton ka
Babao, dan Ne Sarukng ka Sampuro. Menurut pengakuan Singa Ajan (94 tahun,
seorang Singa/Timanggong, tinggal di kampong Rees-Menjalin-Landak), Ne Bancina
adalah leluhur Orang Cina, beliau tinggal di sebuah tanjung, yang bernama
tanjung bunga, daerah pasir panjang-Singkawang sekarang ini.

Sebagaimana sejarahnya, Dayak adalah merupakan keturunan Bangsa Weddoid dan
Negrito (Coomans,1987). Orang Negrito dan Weddoid telah ada di Kalimantan sejak
tahun 8.000 SM. Mereka tinggal didalam gua dan mata pencaharian mereka berburu
binatang. Kelompok ini menggunakan batu sebagai alat berburu dan meramu. Warisan
Weddoide yang masih bertahan hingga hari ini dan melekat pada sebagian kecil
Orang Dayak adalah menjadikan hewan anjing sebagai hewan sembelih dan kurban
pada jubata (Tuhan). Ini terjadi karena pada waktu itu banyak anjing hutan yang
liar yang hidup di daerah ini. Binatang ini menjadi hewan buruan yang mudah bagi
kaum Weddoide yang masih memiliki peralatan dari batu. Namun, kelompok ini
sekarang telah lenyap sama sekali, setelah kedatangan imigran baru yang dikenal
sebagai Bangsa Proto Melayu atau Melayu Tua (Wojowasito, 1957). Proto Melayu
merupakan imigran kedua yang datang sekitar tahun 3000-1500 SM. Menurut Asmah
Haji Omar http://www.amazon.co.uk), peradaban kelompok ini lebih baik dari
Negrito, mereka telah pandai membuat alat bercocok tanam, membuat barang pecah
belah dan alat-alat perhiasan. Gorys Keraf (1984) mengatakan bahwa, kelompok
imigran ini juga telah mengenal logam, sehingga alat perburuan dan pertanian
sudah menggunakan besi.

Emas merupakan penyebab terjadinya salah satu migrasi utama Orang Cina ke Kalbar
pada akhir abad ke-18 (Jackson,1970). Dari catatan sejarah, tahun 1745, 20 orang
Cina didatangkan dari Brunei oleh Sultan Sambas dan Panembahan Mempawah untuk
bekerja pada pertambangan emas, utamanya di Mandor (wilayah Mempawah) dan di
Monterado (Sambas). Hasil emas mencapai puncaknya antara tahun 1790 dan 1820.
Pada tahun 1810, produksi emas dari Kalbar melebihi 350.000 troy ons, dengan
nilai lebih dari 3,7 juta dollar Spanyol (Raffles, 1817). Keberhasilan
pertambangan emas ini, menyebabkan Sultan Sambas dan Panembahan Mempawah terus
mendatangkan Orang Cina, hingga pada tahun 1770 orang Cina sudah mencapai 20.000
orang. Menghindari perkelahian sesama perantauan setali sedarah, Lo Fong Fak,
pimpinan sebuah kongsi di Mandor menyatukan 14 kongsi yang tersebar dan
mendirikan sebuah pemerintahan “republic” Lan Fang pada tahun 1777. Republic ini
berkuasa selama 108 tahun, 1777 - 1884. Pada masa Presiden Lan Fang ke-10,
Presiden Liu Konsin yang berkuasa sejak 1845-1848, Republik ini pernah melakukan
pertempuran dengan Orang Dayak didaerah Mandor, Lamoanak, Lumut, dan sekitarnya,
hasilnya Orang Dayak kalah dan sebagian kecil memilih bermigrasi kehilir Sungai
Mandor, hingga akhirnya membentuk pemukiman diwilayah Kesultanan Pontianak.
Mereka inilah yang menjadi leluhur Orang Dayak di Sei Ambawang. Perang ini
dikenal sebagai “Perang Lamoanak”.

Sebagaimana bangsa lainnya, Orang Dayak sudah mengenal tradisi pertanian sebagai
mata pencaharian. Dalam mitologinya, sebelum padi dikenal, mereka meramu dan
mengumpulkan sagu liar (eugeissona utilis). Sagu liar ini banyak tumbuh
ditanah-tanah lembab, dikenal dengan nama rawa-rawa. Mereka mengambil pati dari
sagu ini, lalu memelihara tumbuhan sagu, seperti sekarang dilakukan oleh orang
Ambawang, Kubu Raya. Untuk mencampur sagu ini, mereka juga mengumpulkan dan
memetik “kulat karakng” (sejenis jamur) sebagai makanan pokok kedua.

Karena hasil emas mulai berkurang pada tahun 1820-an dan terus menurun dalam dua
dasawarsa berikutnya semakin banyak orang Cina diwilayah Republik Lan Fang yang
beralih keperdagangan dan pertanian dengan menanam padi, sayuran dan beternak
babi. Hal ini sesuai dengan penelitian Jessup, bahwa tradisi pertanian,
khususnya tanaman padi Orang Dayak setidaknya telah dilakukan sejak tahun
1820-an (Jessup, 1981) . Tanaman padi mungkin dibawa oleh imigran Cina ini
(Bellwodd;1985). Bellwodd mencatat, padi liar dan padi-padian lain telah
dibudidayakan dipunggung Daerah Aliran Sungai Yangtze yaitu dilahan-lahan basah
musiman disebelah selatan Propinsi Kwang Tung, Fuk Chian, Yun Nan dan Kwang Sie.
Hal ini cocok dengan sebuah tulisan (Asali;2005;3), yang menjelaskan bahwa
imigran Cina yang datang ke Kalbar umumnya dari bagian selatan China, khususnya
dari Propinsi Kwang Tung, Fuk Chian, Yun Nan, dan Kwang Sie. Orang Dayak
kemudian berubah dari masyarakat pengumpul sagu liar menjadi masyarakat yang
aktiv menanam padi (Ave, J.B., King, V.T, 1986) dan menyelenggarakan siklus
pertanian yang sarat ritual (Atok;2003;19). Padi pertama yang ditanam dikenal
dengan nama padi antamu’. Oleh Petani Dayak, hingga sekarang jenis padi ini
selalu ditanam, istilahnya “Ngidupatn Banih” (melestarikan benih). Jika merunut
sejarah tanaman padi ini, tidaklah mengherankan kalau dalam prosesi perladangan
Dayak, dalam siklus tertentu dan keadaan tertentu pula, nyaris mengikuti
kalender Cina. Penanggalan Cina amat berpengaruh dalam tradisi perladangan
Dayak, hingga hari ini.

Pola pertanian dilahan basah, diyakini juga sebagai warisan Orang Cina di
Kalimantan Barat. orang Dayak mengenalnya dengan istilah Papuk/ Gente’/Bancah
(sawah). Budaya pertanian ini dibawa kelompok migrasi terakhir dari Propinsi Yun
Nan terjadi tahun 1921-1929, ketika di Tiongkok (Cina) terjadi perang saudara.
Saat ini, diberbagai tempat kita masih menjumpai nama sawah berasal dari kata
Cina. Di Kampung Nangka, 102 Km dari Pontianak, kita dengan mudah mendapatkan
nama tempat berasal dari Cina; Ju Tet, Kubita, Pahui, dll. Ini sekaligus bukti,
bahwa pencetakan sawah awalnya diperkenalkan mereka. Latar belakang kelompok
imigran baru ini memang kebanyakan petani Orang Hakka.

Selain itu, sejak tahun 1880, orang Cina juga mulai membuka perkebunan lada,
gambir dan setelah tahun 1910 memulai perkebunan karet (Hevea
brasiliensis;Euphorbiaceae) (lihat Dove,R.Michael;1988) . Acong (70 tahun),
warga Sei Nyirih Selakau-Sambas, menceritakan pada saya bahwa pernah ada sebuah
perusahaan besar “KAHIN”, milik Tjiap Sin. Perusahaan ini berdagang gambir,
cengkeh, kopra dan lada, dijualnya ke Singapura. Ia memiliki kapal layar besar.
Untuk ke Singapura, mereka hanya membutuhkan waktu sekitar 3 hari dari Selakau.
Seiring menipisnya hasil Gambir, Cengkeh, Lada dan Kopra, pada tahun 1958,
perusahaan ini tutup.

Pembauran Orang Dayak dengan Orang Cina yang terjadi sejak berabad-abad silam,
menurunkan perilaku kebudayaan unik, khususnya peralatan adat istiadat dan hokum
adat dalam budaya Dayak. Hari ini, masih dapat kita lihat dari alat-alat peraga
adat (dan hukum adat) yang menggunakan keramik-keramik Cina. Pengaruh ini
mungkin hasil dari perdagangan dan hubungan diplomasi mereka dengan bangsa Cina
yang sempat tercatat dalam sejarah dinasti Cina dari abad ke-7 sampai abad
ke-16. Pedagang Cina menukar keramik, guci anggur dan uang logam dengan
hasil-hasil hutan yang dikumpulkan Orang Dayak seperti kayu gaharu, gading
burung rangok (enggang), serta sarang burung walet. Pedagang dari Siam juga
membawa guci-guci yang terbuat dari batu yang masih banyak digunaan Orang Dayak
untuk mas kawin dan untuk upacara penguburan (Fridolin Ukur;1992).

Uniknya, pada peristiwa “demonstrasi” yang berlangsung sekitar 2 bulan, dari
Oktober hingga November 1967, satu titik waktu dimana rezim Orde Lama beralih ke
Orde Baru, Orang Dayak menyebarkan ”Mangkok Merah” sebagai media komunikasinya,
untuk ”penghukuman sosial” terhadap Cina dipedalaman yang ditengarai berafiliasi
dengan gerombolan PGRS/Paraku yang berideologi komunis. Ratusan ribu Orang Cina
harus rela meninggalkan kampung-kampung dipedalaman, dimana sejak ratusan tahun
mereka telah berinteraksi positif dengan Orang Dayak.

Tidak cuma itu, istilah keseharian dalam bahasa Cina dengan mudah kita temui
dikalangan Orang Dayak. Di Kampung Rees, misalnya hampir semua proses pesta
(baik pesta padi, perkawinan, sunatan, dll) istilah-istilah ini muncul. Dari
menentukan waktu pesta (penanggalan Cina; ari segol, dll), nama tempat (tapsong,
teosong,dll), nama alat (ten, teokang, dll), jenis masakan (saunyuk, tunyuk,
dll) hingga prosesi makan (concok). Bahkan,alat-alat pesta maupun alat peraga
adat (dan hokum adat) juga menggunakan prototive yang berasal dari Cina,
misalnya; tempayan (tapayatn jampa, siam, manyanyi, batu, dll), mangkuk
(mangkok), piring (pingatn), sendok (teokang), nampan (pahar), dll.

Dalam tradisi minuman, Cina dalam Dayak juga dapat kita lihat dari tradisi
minuman keras, khususnya jenis arak. Sebelumnya Orang Dayak hanya mengenal tuak,
yang terbuat dari saripati tanaman aren. Di Cina, minum arak sudah menjadi
budaya yang tak terpisahkan. Oleh karena itu kita mengenal dewa mabuk dalam
cerita-cerita kungfu. Arak, selain untuk meramu obat tradisional Cina, yang
dikenal sebagai “tajok/pujok” oleh Orang Dayak juga sebagai bahan penyedap.
Kini, arak telah menjadi bagian sehari-hari bagi kehidupan Orang Dayak.

Tak cuma itu, Cina dalam Dayak juga dapat dilihat dari persenjataan, khususnya
pembuatan senjata api “senjata lantak” sebagai alat berburu dari Orang Cina.
Bubuk mesiu ditemukan oleh ahli ahli kimia Cina pada abad ke-9 ketika sedang
mencoba membuat ramuan kehidupan abadi. Bubuk mesiu ini dibawa tentara Cina yang
menetap di Kalimantan setelah tujuan mereka menghukum Raja Kertanegara. Banyak
bukti bahwa penggunaannya dengan belerang banyak dipakai sebagai obat (Wayne
Cocroft; 2000). Sebelum mengenal senjata lantak dan mesiu, senjata untuk berburu
dikalangan Orang Dayak masih berupa tombak dan sumpit. Tidak cuma itu, “judi”
juga diperkenalkan kelompok etnik ini kepada Orang Dayak. Beragam jenis judi;
Liong Fu, Te Fo, Kolok-Kolok, Sung Fu, dan lain-lain sangat digemari Orang Dayak
hingga hari ini. Disetiap pesta, keramaian, warung/toko, dengan mudah ita
menjumpai jenis-jenis permainan judi ini.

Dan bahkan, kegigihan Orang Cina dalam politik juga menjadi inspirasi bagi Orang
Dayak. Sejak tahun 1941, mereka mulai mengembangkan diri dalam perjuangan
politik. Sebagaimana diketahui, umumya kelompok Cina di Kalimantan Barat berasal
dari Orang Hakka yang sangat terkenal keuletannya.Orang Hakka lebih
independent-minded (berpikiran bebas), lebih mudah melepaskan diri dari tradisi
dan menangkap idea baru untuk hidup. Tidak heran, orang Hakka adalah termasuk
orang tionghoa yang cepat mengadopsi ide-ide Barat dibanding dengan yang lain
dan mengkombinasikannya dengan budaya Hakka. Dan tekanan kepahitan hidup yang
mereka rasakan menjadikan mereka lebih mudah menjadi kaum revolusioner, lebih
progresif, dan lebih berani maju untuk menuntut pembaharuan, dan banyak
pelopor-pelopor pembaharuan Cina modern berasal dari Hakka. Fleksibilitas orang
Hakka dalam menyerap ide-ide baru, tidak bersikeras untuk mempertahankan tradisi
lama yang menghambat, menjadikan Hakka sebagai etnis yang unik dalam sejarah
China modern. Bukan kebetulan, kalau pemberontakan terbesar di China pada abad
ke-19 yang melibatkan puluhan juta manusia, dan termasuk pemberontakan paling
berdarah dalam sejarah kemanusiaan didunia, dimotori oleh orang Hakka. Literasi
sejarah inilah yang kemudian disambung Orang Hakka di Kalimantan Barat dengan
mendirikan sebuah Negara “republic” Lan Fang tahun 1777-1884. Selama Kolonial
Belanda, republic ini pernah 2 kali berperang dengan Belanda, yakni tahun
1854-1856 dan tahun 1914-1916. Perang itu dinamakan “Perang Kenceng” oleh
masyarakat Kalbar.

Sikap revolusioner Orang Cina juga muncul ketika Jepang menduduki Pontianak
tahun 1941. Sekelompok Cina mendirikan organisasi bawah tanah dan menyiapkan
diri untuk perang terbuka, namun niat ini menjadi hilang ketika hadir ”tragedi
mandor”, sebuah pembunuhan massal oleh Jepang di Mandor, bekas ibukota Republik
Lan Fang. Orang Cina kehilangan banyak sumberdaya manusia yang berkualitas dan
mampu secara ekonomi. Dan karena sikap yang cenderung bersahabat dengan Orang
Dayak, melalui Partai Persatuan Daya (PD), membuat sebagian elit Orang Cina yang
lolos dari ”penyungkupan” berhasil mengkonsolidasi kekuatan politiknya, dan pada
pemilu 1955 dan pemilu 1958, kelompok ini menang. Hal ini kemudian mengantarkan
JC.Oevaang Oeray, tokoh Dayak asal Hulu Kapuas menjadi Gubernur Kalimantan Barat
dan berhasil menempatkan dirinya sebagai refresentasi kelompok etnik yang
berkuasa selama delapan (8) tahun. Dipergantian rezim Orde Lama ke rezim Orde
Baru, hubungan Cina-Dayak terganggu dengan munculnya peristiwa “demonstrasi”,
persahabatan sirna dan akibatnya puluhan ribu orang Cina harus rela “keluar”
dari teritori Dayak dan mengkonsentrasikan diri di kawasan pesisir, yang selama
ini menjadi teritori “Melayu”. Empat puluh satu tahun (41 tahun) terabaikan,
dipenghujung tahun 2007, konsolidasi politik Orang Cina dan Orang Dayak
menemukan klimaksnya, mereka kembali menempatkan dirinya sebagai refresentasi
kelompok etnik yang berkuasa di Kalimantan Barat.

Penutup
Jika merujuk pada fakta budaya pada kelompok etnik Dayak Mampawah diatas, bagi
saya, kemungkinan besar budaya Dayak sekarang ini merupakan hasil inkulturasi
budaya Cina, walaupun kenyataannya menjadi budaya yang diakui sebagai tradisi
Dayak. Mungkin saja, contoh diatas hanyalah contoh kecil dari inkulturasi Cina
dalam Dayak. Saya memahami bahwa kebudayaan itu selalu bersifat dinamis, namun
fakta bahwa tatanan social dan tradisi Dayak telah berinkulturasi secara tajam
dan dalam dengan budaya Cina. Cina benar-benar telah masuk dalam diri Dayak,
diberbagai bidang kehidupan, hingga hari ini.
________________
Tulisan ini disampaikan pada Kongres Kebudayaan Kalimantan Barat, Pontianak,
25-27 Agustus 2008. Penulis adalah Ketua Palma Institute, mahasiswa Magister
Ilmu Sosial Universitas Tanjungpura Pontianak.

Sumber : http://www.akademidayak.com

Jan 25, 2009

meidy

Belajar Bahasa Hakka (Bagian IV – Animals)

Hallo semua postingan kali ini Meidy khusus membahasa kosakata Binatang dalam bahsa Hakka.
Langsung aja biar enggak banyak nunggu.
ke/kai = ayam
cu = babi
ngiu/nyu = sapi
sui-ngiu = (red. sapi air) = Kebo/Kerbau
kew = anjing
cu-kew = babi anjing..
miaow = kucing
lo-fu = macan
lo-fu tam = nyali macan/nekat/berani
tiau = burung
ma = kuda
sa = ular
thu = kelinci
jong = kambing
liong/liung = naga
hew = monyet/kera
lo-tjhu = tikus,
tjhien-tjhu = cicurut/curut
mun = nyamuk
bu-jin = lalat
tjhung = ulat/cacing
siong = gajah
eng = ikan,
sa-eng = ikan hiu
ma-kau eng = tenggiri
se-to eng = ikan golok-golok
so-kiun eng = ikan barracuda
bong-mui eng = ikan ekor kuning
sak-lon = kodok
kui = kura2
bong-san = belut
ha kung = udang
tiaw = burung
nge = semut
nyuk = daging
kai/ke nyuk = daging ayam
cu nyuk = daging babi
nyu nyuk = daging sapi


Kalau ada yang tahu lainya temen-temen bisa comment nanti Meidy masukin di tas.
Post selanjutnya Belajar Bahsa Hakka Bagian V. see you next post!!!!

Jan 18, 2009

meidy

Belajar Bhasa Hakka (Bagian III – Daily Life)

Sekarang kita belajar tentang kata-kata yang sering di gunakan dalam kehidupan sehari-hari, kata=katanya cukup banyak jadi butuh sedikit effort buat menghafalkan semuanya, yang penting semngat terus ya!!!
sit fan = makan nasi
sit mien = makan mie
sit pan-thiau = makan kwe-tiau
sit ke-fan = makan nasi campur/nasi-ayam
sit pan = makan kue
sit tjhoi = makan sayur
yim/jim sui = minum air putih
yim/jim tjha = minum teh
yim/jim thiam-tjha = minum teh manis
yim/jim ciu = minum arak
yim/jim bet-ciu = minum beer
yim/jim theu-fu-sui = minum susu kacang
yim/jim liong-sui = minum air dingin
thiam = manis
fu = pahit
son = asam
ham = asin
tham = hambar/tawar
siang = amis
hiong = wangi
ho-sit/ho-set = enak
liong = dingin
sau = panas;kurang, tergantung kalimat..
an-fu = pahit banget
tap-fu = pahiittttt bannnggeettttssssss
an sao=panas banget
an liong=dingin banget
siet = es, piong siet mo ?? = taruh es gak??
muk-soi = ngantuk (agan kebalik nich...http://static.kaskus.us/images/smilies/sumbangan/14.gif)
soi-muk = tidur
tu-ki = laper
an-pao = kenyang
thou-thung/theu-thung/theu-na-thung = sakit kepala



Gimana udah mulai paham bahasa hakka kan? mudah kan belajarnya?
Next Belajar Bahasa Hakka Bagian IV
meidy

Belajar Bhasa Hakka (Bagian III – Daily Life)

Sekarang kita belajar tentang kata-kata yang sering di gunakan dalam kehidupan sehari-hari, kata=katanya cukup banyak jadi butuh sedikit effort buat menghafalkan semuanya, yang penting semngat terus ya!!!

sit fan = makan nasi
sit mien = makan mie
sit pan-thiau = makan kwe-tiau
sit ke-fan = makan nasi campur/nasi-ayam
sit pan = makan kue
sit tjhoi = makan sayur
yim/jim sui = minum air putih
yim/jim tjha = minum teh
yim/jim thiam-tjha = minum teh manis
yim/jim ciu = minum arak
yim/jim bet-ciu = minum beer
yim/jim theu-fu-sui = minum susu kacang
yim/jim liong-sui = minum air dingin

thiam = manis
fu = pahit
son = asam
ham = asin
tham = hambar/tawar
siang = amis
hiong = wangi
ho-sit/ho-set = enak
liong = dingin
sau = panas;kurang, tergantung kalimat..
an-fu = pahit banget
tap-fu = pahiittttt bannnggeettttssssss
an sao=panas banget
an liong=dingin banget
siet = es, piong siet mo ?? = taruh es gak??

muk-soi = ngantuk (agan kebalik nich...http://static.kaskus.us/images/smilies/sumbangan/14.gif)
soi-muk = tidur
tu-ki = laper
an-pao = kenyang
thou-thung/theu-thung/theu-na-thung = sakit kepala

 


Gimana udah mulai paham bahasa hakka kan? mudah kan belajarnya?

Next Meidy akan bahasa tentang binatang. Update terus ya di blog/deck ini ya!!!

Jan 10, 2009

meidy

Belajar Bahasa Hakka (Bagian II - Basic)

chiang loi...
selamat datang.
Untuk ketiga kalinya Meidy sekarang mau kasih tambahan kosakata yang baru ini agak sulit di hafalin, jadi sering’’ latihan ya,.. semoga sukse belajar bahasa Hakka nya.!!!
aku = ngai
kamu = ngi
dia = khi
mereka = khi teu / khi teu ngin
kami = nga ngin
kita = jhi ka
masing² = je ka
Bagaimana = nyong-pen/nyong-pan
Dimana = na-bui/na-bi/na-wui
Mengapa = bui-ma'ai
Siapa = ma-nyin/man-sa
Berapa = kit-to/to-sau
Kenapa = co-mai
man sa?=siapa?
mak kai?=apa?
co mai?=kenapa?
nai bi?=kemana?/dimana?
nyong pen?=gimana?
annyong...=begini....
co = pagi
tong-ciu = tengah hari/siang
ha-ciu = sore
thon-am = menjelang malam
lim-am = memasuki malam
am-pu = malam
pan-ja = tengah malam

oi = mau / cinta
ngai oi ngi = saya cinta kamu
ngai oi con = saya mau pulang..
siong = pengen-ingat-photo (tergantung nada pengucapan)
men = berpikir
ngai men to = saya pikir....
piong = taruh
ngi piong na-bui ? = kamu taruh dimana??
Tui Eng Chui  = Maaf
tjha pu-ngit = kemaren
hien kong-ngit/sau co = besok
sekarang = kin-to/kin-ha
hari ini = kin-nyit
besok = thien-kong-nyit/sau-co
ha-lin = nanti, next-time..
ka'-ha = sebentar lagi..abis ini..
ten-ha = tu ten ha loi = nanti nggu bentar.
en-ha-loi = teng-sia-lai = tunggu bentar yach
pergi : hi
Lari : Cew
tanya : mun
jemput : Ciap
Menerima : Ciap Shiu
pulang : con
mahal : an kui
mandi = se liong / chung liong
tidur = soi muk
Istirahat : Hiu Shit

enggak terlalu sulit kan??? postingan selanjutnya Meidy mau kasih tambahan kosakata yang lebih baru lagi,  Belajar Bahsa Hakka Bagian III see you next post!!!

Jan 7, 2009

meidy

Cheng Beng (Sembahyang Kubur)

                1

                Sembahyang kubur (Cheng Beng) dikenal sebagai tradisi spesial warga Tionghoa yang sudah di kenal sejak era dinasti Ming. Cheng Beng adalah sebuah kegiatan di mana orang-orang pergi ke pemakaman keluraganya (leluhurnya),dengan membawa barang-barang yang di butuhkan untuk melakukan beberapa ritual di pemakaman di hari-hari tertentu. Ini adalah sebuah bentuk penghormatan kepada para leluhur dan juga sebagai sebuah momen untuk berdoa bagi anak-anak dan cucu-cucu agar memiliki kehidupan yang lebih baik. Cheng Bneg biasanya di lakukan oleh orang-orang Tionghoa yang ber-agama Buddha, Taoisme, Khonghucu. Rtual ini di lakukan dua kali dalam satu tahun, di bulan kedua dan bulan ketujuh dalam penangalan Bulan China (Lunar Calender). Hal paling penting dalam ritual ini adalah Xao Moh (membersihkan Kuburan). Biasanya, Orang Tionghoa melakukanya jam 4 pagi. Dalam tradisi ini barang-barang yang di gunakan adalah lilin,teh, berbagai buah-buahan, seperti jeruk, pir, apel,anggur, dll, Kue-kue, baju dan uang yang terbuat dari kertas. Baju-baju dan uang=uang yang terbat dari kertas, kertas kuning, dll akan di bakar pada akhir ritual.

3 5 - Copy

Sejarah Sembahyang kubur (Cheng Beng)

             

   Suatu hari, di era Dinasti Ming, dimana ada seorang anak bernama Cu Guan Ciong yang berasal dari keluarga miskin. Untuk merawat dan mengajari dia, orang tuanya meminta bantuan kepada kuil/vihara. Ketika di dewasa, hidupnya menjadi lebih baik dan lebih baik saat dia menjadi seorang Kaisar. Setelah menjadi seorang Kaisar, dia kembali ke tanah lahirnya untuk emngunjungi orangtua nya. Tetapi orangtuanya sudah meninggal dan dia tidak tahu dimana tempat mereka di kubur. Lalu, untuk mencari makam orangtuanya di menyuruh semua penduduk untuk mengunjungi makam leluhur mereka dan membersihkanya. Disamping itu di ajuga menyuruh untuk memberi sebuah tanda, kertas kuning di atas makam-makam itu.

Setelah semua penduduk melakukanya, Kaisar memeriksa setiap makam di desa dan dia menemukan beberapa makam tidak di bersihkan dan tidak di beri tanda kertas kuning yang berarti adalah makam kedua orangtuanya. Jadi dari sanalah, ritual ini menjadi sebuah tradisi yang dilakukan semua warga tionghoa sampai sekarang.

20110329025051ritualchengbeng270311-2

Warga Tionghoa Singkawang gelar "cheng beng"

Ratusan warga Tionghoa Kota Singkawang menggelar sembahyang "Cheng Beng" atau berziarah ke makam orang tua, keluarga maupun leluhur mereka yang telah wafat untuk mengingat segala jasa-jasa almarhum-almarhumah yang telah wafat.

Liu Jun Liong (46) salah seorang peziarah di komplek pemakaman Tionghoa Pokok Manggis, di Singkawang, Rabu, mengatakan ia dan keluarganya setiap tahun melakukan ziarah ke makam leluhurnya.

"Walaupun di dunia sudah lama tiada, namun orangtua dan leluhur masih hidup di alam sana. Mereka tetap melihat kami yang masih hidup di dunia sehingga sebagai anak wajib memberikan rasa hormat dan bakti kepada orang tua," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Majelis Tao Indonesia (MTI) Kota Singkawang Tjhai Ket Khiong menyatakan, sembahyang "Cheng Beng" merupakan sembahyang wajib bagi seluruh masyarakat Tionghoa untuk mengenang kembali kebajikan dan memberikan penghormatan, baik kepada orangtua maupun para leluhur.

Ia menjelaskan, prosesi sembahyang Cheng Beng dimulai dengan menyalakan sepasang lilin dan dupa, kemudian dilanjutkan dengan berlutut dan berdoa.

Pembacaan doa ditujukan kepada Dewa Bumi (Thu Thi Pak Kung) yang menyatakan bahwa, pihak keluarga sudah datang ke makam leluhur untuk bersembahyang. Setelah itu, barulah bersembahyang di makam leluhur atau orang tua dan memanjatkan doa.

Peziarah yang datang bersembahyang terlebih dahulu sudah membawa aneka perbekalan, diantaranya aneka jenis kue, buah-buahan dan makanan vegetarian, serta tidak ketinggalan membawa kertas sembahyang berwarna emas dan perak untuk menerangi roh leluhur.

"Umumnya doa yang dipanjatkan berupa berkah kesehatan, keselamatan dan keluarga aman sentosa, ada juga yang memanjatkan doa agar dipermudah rejeki dan dilancarkan usahanya, serta mendoakan arwah leluhur agar tenang dan bahagia di alam akhirat dan segera terlahir kembali di alam yang menyenangkan," ujarnya.

Kemudian, setelah melakukan sembahyang para peziarah melakukan sedekah terutama kepada orang yang telah membantu membersihkan makam atau membantu menerangkan jalannya prosesi sembahyang.

Menurut Tjhai Ket Khiong, sembahyang Cheng Beng dari sudut pandang ajaran Tao lebih mengarah pada pernyataan bakti terhadap orang tua.

Dalam budaya warga Tionghoa, ada dua kali sembahyang yang ditujukan bagi keluarga yang telah meninggal, yakni sembahyang bulan tiga yang dikenal Cheng Beng, dan sembahyang di bulan tujuh penanggalan Imlek, yang dikenal Cioko atau Chau Tu atau sembahyang yang ditujukan pada arwah terlantar.

Sumber: Harian lokal Singkawang

meidy

Hakka dan Republik Lan Fang

image

                Mengaku bangga dengan Indonesia… Meidy jadi malu. Apalagi mau bicara soal nasionalisme, rasanya nyali jadi menciut! Biasanya Meidy paling vokal, paling lantang sampai bicara kasar bila ada kesempatan dalam forum yang mendiskusikan masalah akuisisi budaya Nusantara oleh negara tetangga. Ditengah rasa bangga dan semangat menulis tentang akar kebudayaan di Kalimantan Barat khususnya Etnis Hakka, justru satu kenyataan pahit yang Meidy dapatkan dari sahabat putra asli Singkawang-Kalimantan Barat. Indonesia bakal kehilangan potongan sejarahnya! Kali ini yang mengadopsi bukan Malaysia, tapi Singapore! Ironisnya, sejarah yang bakal hilang itu justru yang sama sekali tak pernah ada dalam catatan sejarah Indonesia. Tragis! Bangsa yang besar ini dianggap tidak bisa memelihara sejarah, sampai-sampai negara lain yang harus mengadopsi dan membuat replika sejarah itu, dan justru sangat berhasil dalam prakteknya. Ya! Negara Singapore adalah replika dari sebuah republik pertama yang pernah ada di Asia, tepatnya di Nusantara, bahkan lebih dulu ada sebelum berdirinya Negara besar Amerika. REPUBLIK LAN FANG!

 image

Lo Fong Pak  (doc.pri : courtessy of rbonardy)

 

                 Jauh sebelum Indonesia terbentuk jadi sebuah negara, di bagian Barat Kalimantan (Borneo) telah berdiri sebuah bentuk republik, dan berhasil bertahan selama 110 tahun sebelum dihancurkan oleh penjajahan Belanda. Republik ini didirikan oleh orang China yang saat itu dikirim sebagai pekerja tambang, saat terjadi gold-rush di Borneo. Meskipun hanya dianggap sebuah dongeng sebelum tidur, realita yang ada menunjukkan banyak sekali jejak peninggalan republik ini yang tersebar di seluruh Kalimantan Barat, dan sangat memprihatinkan, tak terawat! Inilah yang Meidy katakan sebagai IRONIS. Justru keberadaannya ramai sekali dibicarakan dalam bentuk artikel atau forum diskusi di luar negeri.

 

Adalah seorang Lo Fong Pak, prantau bersuku-bangsa Hakka dari negeri China berusia 34 tahun, yang berhasil mempersatukan 14 kongsi dagang yang terdiri dari berbagai golongan suku bangsa Hakka yang ada di Borneo, dan menamakannya dengan LAN FANG. Persatuan ini ditujukan untuk melindungi diri dari persengketaan, yang kerap terjadi, dan mengancam terpecah belahnya persatuan di daerah itu. Lan Fang sangat berhasil dan namanya kian masyhur, nama Lo Fong Pak menjadi identik dengan Lan Fang, dan keberhasilannya diakui oleh kesultanan di seluruh Kalimantan bagian Barat. Atas dasar persatuan kongsi dagang itu, berdirilah sebuah pemerintahan yang  dinamai persis seperti kongsi dagang itu, Lan Fang. Meski rakyat mendesak agar Lo Fong Pak menjadi sultan dan menjalankan kesultanan dalam pemerintahannya, Lo Fong Pak menolak, dan bersikukuh memilih bentuk republik, dengan sistem pemerintahan ‘presidential’.

 

               Melalui pemilihan umum akhirnya Lo Fong Pak terpilih menjadi presiden pertama Republik Lan Fang. Beribukota di Tung Ban Lit (Mandor) yang secara harafiah berati “Timur dengan selaksa konstitusi”. Bendera Republik Lan Fang berbentuk segi empat berwarna kuning dengan tulisan berbahasa Mandarin “Lan Fang Ta Tong Chi”. Seperti yang tertera pada tugu peringatan, Republik Lan fang berdiri pada tahun 1776, yang menjadi menarik dari keberadaan republik ini adalah, justru saat itu bentuk pemerintahan masih berupa kesultanan, dimana hukum adat masih sangat kokoh dipraktekkan. Kesultanan Bugis, Melayu dan Dayak sangat berkuasa di daerah pesisir dan daratan Kalimantan. Konsep Republik justru berhasil memperkokoh ikatan persaudaraan di daerah Kalimantan Barat.  Presiden pertama Republik Lan Fang, Lo Fong Pak wafat pada tahun 1795.

image

Tugu Monterado, Mandor (doc.pri : courtessy of rbonardy)

 

Beberapa catatan menarik tentang Republik Lan Fang, antara lain:

  • Diberlakukan sistem Pemilihan umum yang pada saat itu sama sekali belum dikenal dalam iklim pemerintahan Kesultanan di wilayah Borneo.
  • Konsep Trias Politika sudah dipraktekkan, pemerintahan dijalankan dengan mengaktifkan lembaga Legislatif, Yudikatif, dan Eksekutif.
  • Republik ini telah memiliki kitab undang-undang hukum, menjalankan sistem pertanian, membangun sarana transportasi, mengatur pertambangan menjadi lebih baik, menyelenggarakan konsep perbankan, dan mengutamakan pendidikan bagi warganya.
  • Republik Lan Fang bertahan selama 110 tahun, dan telah memilih 10 orang presiden sebagai pemimpin republik.
  • Saat Republik Lanfang memasuki usia ke-47 yang dipimpin oleh presiden ke-5, Belanda telah menguasai seluruh daratan Borneo, Lan Fang mulai kehilangan hak otonomi, dan menjadi bagian dari kolonial Belanda.
  • Saat VOC membuka kantor cabang di kota Pontianak, mulailah campur tangannya menguasai Republik, Lanfang sempat bertahan selama 4 tahun, dan akhirnya menyerah kalah. Orang-orang Republik Lan Fang banyak yang melarikan diri ke Sumatera (Malaka).

               Kini beredar rumor, bahwa Negara tetangga kita, Singapore adalah Republik Lanfang Modern, replika yang sangat pas, dan berhasil mengadopsi sistem pemerintahan Lan Fang, kenapa? Konon Lee kwan Yew sang pendiri negara kecil yang makmur ini adalah seorang keturunan pendiri Lan Fang yang berhasil lari ke Sumatera, berikut ini sekelumit bukti yang mengarah pada kebenaran berita tersebut:

_________________________

My family history in Singapore began with my paternal great-grandfather, Lee Bok Boon, a Hakka …… Lee Bok Boon was born in 1846 in the village of Tangxi in the Dabu prefecture of Guangdong …… My grandfather, Lee Hoon Leong – whom I addressed as Kung or “grandfather” in Chinese – was born in Singapore in 1871 …… My father was born in Semarang in 1903, in the Dutch East Indies.

Chua Kim Teng [LKY’s maternal grandfather] … was born in Singapore in 1865, into a Hokkien Chinese family that came from Malacca. … His first two wives had died and the third was my grandmother, Neo Ah Soon, a large, broad-shouldered Hakka from Pontianak in Dutch Borneo, who spoke the Hakka dialect and Indonesian Malay. (From Lee Kuan Yew, The Singapore Story: Memoirs of Lee)

_____________________

 

              Setelah Malaysia berhasil membangun sebuah museum yang sangat mewah, lengkap dan megah yang dinamakan Museum Kerinci, tidak heran kalau sekarang Singapore sedang merampungkan sebuah museum yang tak kalah megahnya, tak kalah lengkapnya, dan akan dinamakan MUSEUM LAN FANG. Indonesia hanya boleh gigit jari! tanpa usaha apapun, tanpa upaya apapun… Bukan tidak mungkin nanti anak cucu kita belajar sejarah Nusantara harus pergi ke Singapore, ke Malaysia.. Belanda, apakah ini yang dicita-citakan? Nusantara meluas ke seluruh pelosok dunia, karena sejarahnya dimiliki negara lain. Apa bangganya bila Meidy kini meneriakkan kalimat YANG PALING INDONESIA ??!!

 

              Keprihatinan yang sangat dalam adalah Meidy belum bisa berbuat banyak untuk Nusantara tercinta ini, Meidy belum mampu! tapi jauh di lubuk hati yang terdalam cinta ini tak akan pernah pudar, jadi Meidy akan berhenti bicara tentang nasionalisme, berhenti membicarakan cita-cita muluk tentang Nusantara. Sebagai gantinya Meidy akan berdoa di dalam hati saja. Semoga generasi penerus yang memimpin Indonesia datang dari orang-orang yang beriman, takut pada azab Tuhan yang mengerikan, memiliki cinta dan tanggung jawab besar terhadap Tanah Air yang kaya raya ini.

 

Just Intermezo:

           Meidy pribadi membenarkan negara Singapore yang bangga dan cinta terhadap sejarah besar ini, hingga mereka mau mengeluarkan biaya besar untuk membuat rekonstruksi sejarah Lan Fang, lihat apa yang diperbuat masyarakat Indonesia terhadap bukti sejarah ini.. Memang hanya sebuah TUGU, tapi sejarah besar tidak patut dirusak oleh alasan apapun! Entah karena sejarah besar ini ditorehkan oleh etnis China? I realy don’t know.. whatever the reason it’s a STUPIDITY .

 

           Sementara orang-orang luar negeri begitu antusiasnya membuat rekonstruksi, dokumentasi dan lain sebagainya tentang keberadaan seorang Lo Fong Pak, yang berhasil menorehkan sejarah besar sebuah karya dalam bentuk REPUBLIK pertama yang pernah ada, misalnya seorang Belanda yang mengabadikannya dalam sebuah novel:

 image

New Year’s Eve At Singkawang

Novel karya: Robert Van Gulik

Jan 5, 2009

meidy

Republik Pertama di Nusantara - Republik Lan Fang

Dikutip kembali oleh: Dr.Irawan/Dr.Frits Hong

Lan Fang Republic (summary from the book Hakka people - Jews of the
Orient by Kao Chung Xi)

Republik Lan Fang , demikian namanya yang pernah di bentuk oleh orang
orang Hakka dari Kwangtung pada akhir abad ke-18. Republik ini
berlangsung selama 107 tahun lamanya dan mencatat 10 presiden yang
pernah memimpin di republik yang berlokasi di Kalimantan Barat ini.

Presiden pertamanya adalah Lo Fang Pak beliau dilahirkan tahun 1738 di
Kwangtung , Mei Hsien, Shih Pik Pao pada tahun ke-3 Dynasty Ching saat
Raja Chien Long berkuasa. Beliau pernah mempunyai anak dari
perkawinannya, namun pada zaman itu tradisi Hakka tidak membawa isteri
keluar negeri.

Hijrah ke Kalimantan Barat

Lo Fang Pak mulai bertualang pada usia 34 tahun beliau pergi merantau
ke Kalimantan Barat saat ramainya orang mencari emas (Gold Rush).
Beliau menyusuri Han Jiang menuju Shantao, sepanjang pesisir Vietnam,
dan akhirnya berlabuh di Kalimantan Barat. Ketika itu Sultan
Panembahan  yang percaya bahwa orang Tionghoa adalah pekerja keras
membawa 20 pekerja Tionghoa dari Brunei. Sultan Omar di Singkawang
juga mendengar tentang ketekunan orang Tionghoa memanfaatkannya
melalui sistem kontrak lahan kepada orang Tionghoa guna membuka kawasannya

Ketika Lo Fang Pak sampai di Kalimantan Barat, Belanda belum secara
agresif merambah ke Kalimantan. Dipesisiran banyak didiami orang Jawa
dan Bugis, yang mana daerah ini dikuasai oleh Sultan, dan bagian
pedalaman didiami oleh orang Dayak, kendati batas teritorialnya tidak
jelas.

Lan Fang Kongsi

Pada permulaan tahun 1740, jumlah orang Tionghoa hanya beberapa puluh
saja disana. Pada tahun 1770 orang Tionghoa disana sudah mencapai
20.000 orang. Mereka berdatangan berdasarkan pertalian saudara,
sekampung halaman , atau sesama kumpulan. Kelompok Tionghoa ini
membentuk Kongsi (perusahaan) untuk melindungi mereka. Lo Fang Pak
diangkat menjadi ketua.

Pada tahun 1776, 14 Kongsi di satukan membentuk He Soon 14 Kongsi guna
menjaga kesatuan dari ancaman persengketaan antar kumpulan, daerah
asal, dan darah. Pada saat itu Lo Fang Pak mendirikan Lan Fang Kongsi,
kemudian menyatukan semua orang golongan Hakka di daerah yang
dinamakan San Shin Cing Fu (danau gunung berhati emas), dan mendirikan
kota Mem-Tau-Er sebagai markas besar dari group perusahaannya.

Berdirinya Republik Lan Fang

Lo Fang Pak mendirikan pemerintahan, dengan mengambil nama dari
perusahaannya. Pada tahun 1777 berdirilah Republik Lan Fang, 10 tahun
lebih awal dari Amerika Serikat (1787). Ketika itu banyak orang
meminta Lo Fang Pak menjadi Sultan (monarchi), tapi beliau menolak dan
tetap menempatkan dirinya sebagai Presiden dalam pemerintahan yang
bersistem republik, dan presidensil.

Zaman keemasan

Lo Fang Pak dalam masa pemerintahannya telah menjalankan system
perpajakan, dan mempunyai kitab undang undang hukum, menyelenggarakan
system pertanian dan pertambangan yang terarah, membangun jaringan
transportasi, dan mengusahakan ketahan ekonomi berdikari lengkap
dengan perbankannya. Sistem pendidikan tetap diperhatikan bahkan
semakin dikembangkan, seperti diketahui bahwa Lo Fang Pak sendiri
asalnya memang seorang guru.

Republik Lan Fang bukan hanya disegani kekuatan militernya tapi juga
keahlian mereka dalam mengusir buaya di kawasan muara kapuas. Ini
membuat para bumiputera dan hoakiau menaruh hormat kepada Presiden Lo
Fang Pak.

Kun Tien atau lazimnya disebut Pontianak sekarang yang mana terletak
di muara sungai Kapuas merupakan daerah niaga yang di kuasai oleh
Sultan Abdulrachman. Sedangkan hulu sungai Kapuas di pegang oleh
Kelompok Dayak. Kesultanan yang berbatasan dengan Kun Tien adalah
Mempawah. Sultan Kun Tien mencoba membangun istana agak ke hulu sungai
yang mana dekat dengan perbatasan Kesultanan Mempawah dan ini  memicu
perang antara kedua kesultanan. Dalam perang ini (1794) Sultan Kun
Tien dibantu oleh Lan Fang Kongsi karena kedekatan diantara mereka.

Sultan Mempawah kalah dalam perang lalu bergabung dengan Dayak dan
melakukan serangan balasan. Lo Fang Pak kembali mematahkan kekuatan
Sultan Mempawah, malah kali ini Sultan Mempawah  didesak terus ke
utara sampai Singkawang, kemudian berakhir dengan Sultan Singkawang
dan Sultan Mempawah menandatangani perjanjian perdamaian dengan Lo
Fang Pak. Segera setelah kejadian itu popularitas Lo Fang Pak melesat
dramatis, ketika itu beliau berusia 57 tahun.

Setelah itu, rakyat, dan orang Tionghoa didaerah itu bergabung dengan
Lo Fang Pak untuk mencari perlindungan, dan Sultan Kun Tien menyadari
bahwa dia tidak sanggup melawan kekuatan militer Lo Fang Pak, maka
Sultan sendiri meminta perlindungan dari Lo Fang Pak. Presiden Lo Fang
Pak wafat pada tahun 1795, beliau sempat tinggal di Borneo selama
lebih dari 20 tahun.

Tahun tahun terakhir Lan Fang

Pada saat republik Lan Fang berusia 47 tahun semasa kekuasaan
president yang ke-5, Liew tai Er, Belanda mulai menjalankan
ekspansinya di Indonesia dan mulai masuk ke Tenggara Borneo. Lama
kelamaan Lan Fang kehilangan hak otonomi-nya, dan mulai menjadi bagian
dari Hindia Belanda.

Kemudian Belanda membuka kantor kolonialnya di Kun Tien dan mencampuri
urusan Republik Lan Fang. Pada tahun 1884, Singkawang yang menolak
dijajah oleh Belanda, mendapat serangan dari Belanda dan Belanda
akhirnya menduduki Lan fang Kongsi (1885). Lan Fang sempat bertahan
dan melawan selama 4 tahun, namun berakhir dengan kekalahan dan orang
orangnya melarikan diri ke Sumatra.

Takut akan reaksi keras dari pemerintahan Ching di Tiongkok,
menyebabkan Belanda tidak pernah menyatakan menguasai Lan Fang, maka
dibiarkan salah satu dari keturunan Lan Fang menjadi pemimpin disana.
Baru setelah terbentuknya Republik of China (Cung Hwa Ming Kuok) 1911,
maka pada tahun 1912 Belanda secara resmi menyatakan menguasai daerah
itu.

Ponti San Kou Yang di China Town Singkawang

Orang orang Lan Fang yang lari ke Sumatra bergabung lagi di Medan.
Dari sana mereka menyebar ke Kuala Lumpur dan Singapura. Salah seorang
dari keturunannya adalah Lee Kuan Yew. Hakka adalah kelompok minoritas
di Singapura, namun orang Hakka memainkan peran penting dalam
mendirikan Lan Fang Kongsi yang kedua di Singapura.

Rekaman sejarah

Dari catatan sejarah Ching Dynasty, tercatat sbb: " ada suatu tempat
dimana orang Ka Yin (dari daerah Mei Hsien), menambang emas, membangun
jalan, mendirikan negaranya, setiap tahun kapal-kapal niaga-nya
berlabuh di Guang Zhou dan Chao Zhou. Dari catatan sejarah Lan Fang
Kongsi diketahui mereka setiap tahunnya melakukan kunjungan kehormatan
dengan armada dagangnya kepada Dinasti Ching, seperti yang dilakukan
juga oleh Annan (Vietnam)".

Ibu kotanya adalah Che Wan Li. Presiden The Ta Tang (Chon Chang)
terpilih melalui pemilu. Kedua presiden dan wakilnya dari Hakka dari
Ka Yin dan daerah Ta Pu. Benderanya empat persegi panjang berwarna
kuning dengan lambang dan kata kata Lan Fang Ta Tong Chi. Panji
kepresidenan berbentuk segi tiga berwarna kuning dengan kata Chuao
(Jenderal). Pejabat tingginya berpakaian ala Tiongkok kuno, sedangkan
yang berpangkat lebih rendah mengenakan pakaian ala barat.

Kabarnya di Pontianak ada prasasti kenangan yang dibuat untuk beliau ,
Juga di Mei Shien Tiongkok ada prasasti sejenis disebuah sekolah yang
dinamakan San Mei Pei Cung Shueh.

Semoga bermanfaat.

Jan 4, 2009

meidy

Menelusuri Kemolekan Singkawang

i silawang

Berkunjung ke Kalimantan Barat belum terasa lengkap bila tak menyempatkan diri singgah ke Kota Singkawang. Kota perniagaan yang terkenal dengan amoy-nya atau perempuan cantik keturunan Tionghoa ini menyimpan ragam potensi wisata untuk ditelusuri.

Keindahan alam hutan dan laut didukung mulusnya infrastruktur jalan menjadikan perjalanan darat sepanjang 145 kilometer dari Kota Pontianak menuju Singkawang berasa menyenangkan.

Kota ini tak sekadar menawarkan lanskap wisata sejarah keberadaan masyarakat keturunan China tetapi juga keindahan alam hingga wisata kuliner yang patut dicoba.

Singkawang berasal dari kata dari San Khew Jong, yang mengacu pada tata letak kota dengan perbukitan, laut, dan muara. Selain keindahan alam, keramah tamahan masyarakat Singkawang menjadikan kota ini penuh kehangatan, khususnya bagi wisatawan.

Menjadi hunian bagi sekitar 200.000 jiwa, sebagian besar (62%) populasi Singkawang adalah masyarakat keturunan China. Etnis lain tentu saja ada, seperti Melayu, Dayak, Jawa, dan lainnya.

 

7833_100428429978105_2859338_n

Julukan kota beribu Vihara memang tepat untuk Singkawang. Banyaknya vihara besar dan kecil di beberapa sudut kota menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat China mendominasi kehidupan dan budaya setempat.

Sebut saja Vihara Raya dan Vihara Chikung yang terletak di pusat kota, menjadi destinasi wisata religi dan sejarah bagi para pelancong. Keragaman etnis China mendiami Singkawang, mulai dari Hakka, Teo-chew, Hokkian, Hainan dan beberapa suku China lainnya.

Bagi pelancong domestik, kehangatan warga China yang kesehariannya mengandalkan bahasa China Hakka seakan menyambut kita pada saat berbelanja.

Menariknya, toko-toko yang ada Singkawang didominasi bangunan tua, persis seperti China Town di Singapura.

Pertokoan model ruko dengan desain bangunan zaman dulu yang sebagian masih dijaga keasliannya dapat dijumpai di Singkawang. Lanskap pusat perpelanjaan tradisional ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong.

Bicara kemolekan kota, Singkawang dihiasi oleh pesona Gunung Roban yang terletak 4 km ke arah timur dari pusat kota. Sementara keaslian dan keunikan flora Raflesia dapat dijumpai di Batu Belimbing, Gunung Poteng, yang merupakan sumber mata air Singkawang.

Vila Bukit Mas yang bernuansa resor dan taman tumbuhan Bukit Bougenville yang berjarak 6 km arah selatan dari pusat kota, menjadi salah satu lokasi wisata alam favorit para pelancong.

Ingin menikmati pantai? Singkawang memiliki pantai Pasir Panjang yang dilengkapi resor untuk menginap. Pantai ini hanya berjarak sekitar 17 km dari jantung kota.

Tak hanya itu, Sungai Hangmoy yang sering dijadikan tempat mandi bagi warga China Hakka, dan Teratai Indah dengan pemandangan danau yang indah, menambah deretan tujuan rekreasi di Singkawang.

Mereka yang suka makanan China, di sinilah gudangnya. Karena memang makanan China mendominasi restoran atau warung makan biasa. Makanan unik yang bisa kita nikmati seperti rujak ju hie, rujak dengan cumi kering-salah satu jajanan terenak di Singkawang.

Ada juga tahu dengan buncis dadih, makanan favorit masyarakat Kalimantan Barat. Selain itu, ada juga kembang tahu. Ini adalah panganan tahu yang halus sekali dengan siraman saus gula, menjadikan makanan ini sangat populer

Jadi, apa lagi yang kalian tunggu??? singkawang menunggu kedatangan kalian semua!!!

meidy

Belajar Bahasa Hakka (Bagian I - Numbers)

Bahasa Hakka, pada dasarnya memiliki logat atau dialek yang hampir sama dengan
logat atau dialek Mandarin. Sebagian kosa kata Bahasa Hakka pun hampir sama
dengan kosa kata dalam Bahasa Mandarin.
Nah meidy kali ini mau ajarin angka-angka dalam bahasa Hakka.
Selamat belajar!!!
Hou / Hou Ma (Angka):
0 = Lang
1 = Jit
2 = Nyi
3 = Sam
4 = Si
5 = Ng
6 = Liuk
7 = Chit
8 = Pat
9 = Kiu
10 = Sip
Untuk angka belasan, adalah gabungan angka 10 (Sip) dengan satuan:
11 = Sip jit
12 = Sip nyi
13 = Sip sam
14 = Sip si
15 = Sip ng
16 = Sip liuk
17 = Sip chit
18 = Sip pat
19 = Sip kiu
Untuk angka puluhan seperti 20, 30, 40, 50 sampai 90 menggunakan gabungan angka
satuan dengan angka 10 (Sip):
20 = nyi sip
30 = sam sip
40 = si sip
50 = ng sip
60 = liuk sip
70 = chit sip
80 = pat sip
90 = kiu sip
Untuk angka 21-29, merupakan gabungan angka 20 (nyi sip) dengan angka satuan:
21 = nyi sip jit
22 = nyi sip nyi
23 = nyi sip sam
24 = nyi sip si
25 = nyi sip ng
26 = nyi sip liuk
27 = nyi sip chit
28 = nyi sip pat
29 = nyi sip kiu
Metode di atas dipakai untuk angka 31-39:
31 = sam sit jit
32 = sam sit nyi
33 = sam sit sam
34 = sam sit si
35 = sam sit ng
36 = sam sit liuk
37 = sam sit chit
38 = sam sit pat
39 = sam sit kiu
Untuk angka 41-49, menggunakan gabungan 40 (si sip) dengan satuan, 51-59
gabungan dari 50 (ng sip) dan satuan, dst sampai 99.
Contoh:
68 = liuk sip pat
53 = ng sip sam
47 = si sip chit
79 = chit sip kiu
82 = pat sip nyi
91 = kiu sip jit
100, 200, … = yit-pak, liong-pak,...
1000 = yit-chien
10000 = yit-wan
100000 = yit-pak-chien / sip-wan (seratus ribu ATAU sepuluh-sepuluh ribuan)
1 juta = yit-thiau
jadi,1500 = yit-chien-eng-pak
2550 = liong-chien-eng-pak-eng-sip
Udah segitu dulu, nanti Meidy ajarin lebih lanjut di Belajar Bahasa Hakka Bagian II, belajar yang rajin ya biar bisa bahasa Hakka.
logo
Copyright © 2008 by Arts of Meidy's.
Original Template by Clairvo