separate
logo

Feb 3, 2012

meidy

Penguasa Jember Pertama adalah Tionghoa Peranakan

jember

Mulanya adalah perdagangan. Lalu politik, dan hidup bersama. Orang-orang Suku Hokkian meninggalkan Tiongkok, menyebar. Sebagian menuju Indonesia, dan mendarat di Jember, Jawa Timur. Kondisi perekonomian yang berat memaksa mereka pergi.

Jember tentu bukan tempat spesifik yang mereka sasar dari awal. Jember hanyalah bagian dari sebuah rumah besar Nusantara, dan sulit memastikan kapan orang-orang Hokkian ini menapakkan kaki ke kota ini pertama kali. Akhir abad 18 dan awal 19, Jember yang merupakan distrik dari Kabupaten Puger sudah dihuni mereka. Mereka datang dari daerah Besuki, Panarukan, Pasuruan dan Surabaya. Ada pula yang datang Jawa Tengah dan dari China Daratan langsung.

Tampuk kekuasaan di Puger sempat dipegang oleh seorang China peranakan, Kiai Tumenggung Suro Adiwikrama (1795-1801). Ia digantikan menantunya, Kiai Tumenggung Surio Adiningrat (1802-1813).

Mereka adalah Keluarga Han dari Surabaya, dan memberikan jabatan-jabatan strategis kepada orang-orang Tionghoa. Jabatan-jabatan rendah diberikan kepada warga lokal pribumi. Ini menunjukkan betapa kuatnya posisi mereka secara politis.

Di sektor perdagangan, orang-orang Tionghoa menguasai perdagangan hasil bumi, pertanian, kelontong, menjadi tukang kredit, dan rentenir. Mereka menjadi perantara antara kelompok pribumi yang menjadi produsen hasil perkebunan dengan para eksportir asal Belanda.

Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menerapkan politik segregasi antara warga kulit putih, Tionghoa, dan pribumi di Indonesia. Goenawan Mohamad menulis: penggolongan sosial di Hindia Belanda dasarnya adalah ras, bukan agama atau lainnya.

Sejarawan dari Universitas Jember, Retno Winarni mengatakan, orang-orang Tionghoa masuk dalam kelompok masyarakat Timur Asing (Vremde Osterlingen), yang awalnya terdiri orang Jepang, Tionghoa, Arab, dan lainnya. Mereka berada di tengah-tengah struktur masyarakat masa kolonial, dijepit masyarakat Eropa di atas dan masyarakat inlander atau pribumi di bawah.

Orang-orang Tionghoa memiliki pemukiman sendiri di distrik Jember. Mereka tinggal di daerah yang sekarang dikenal sebagai daerah Pasar Tanjung, sebuah pasar induk di Jember. Setelah Jember menjadi kepatihan yang berdiri sendiri (Kepatihan Selfstandig), pemukiman mereka berada di jalan yang saat ini disebut sebagai Jalan Untung Suropati dan Samanhudi.

"Si inlander harus berada dalam kalangan inlander dan berperilaku inlander, si China harus berada dalam kalangan China dan berperilaku China...Mereka umumnya tinggal di pecinan...Untuk melintasi ghetto mereka, orang Tionghoa harus mendapatkan pas jalan yang dikeluarkan oleh kapten China," tulis Goenawan.

Memiliki strata sosial lebih tinggi daripada orang-orang inlander, membuat orang Tionghoa menjadi sasaran kebencian warga lokal. Apalagi, pemerintah Hindia Belanda memberikan kepercayaan lebih, salah satunya, pada tahun 1906, dengan memberikan kewenangan kepada sejumlah orang Tionghoa untuk menjalankan pegadaian.

Sumber: http://www.beritajatim.com/detailnews.php/2/Gaya%20Hidup/2012-01-23/124779/Penguasa_Jember_Pertama_adalah_Tionghoa_Peranakan

0 comments:

Post a Comment

logo
Copyright © 2008 by Arts of Meidy's.
Original Template by Clairvo