separate
logo
Showing posts with label Heavenly Story. Show all posts

Apr 4, 2009

meidy

Telur Atau Ayam?

 

Kita sering dibingungkan oleh pertanyaan, “apakah telur duluan ada, atau ayam duluan ada”. Sudah berabad-abad, untuk pertanyaan ini belum ada jawaban yang pasti. Setiap pertanyaan tersebut muncul, yang terjadi adalah perdebatan tidak berkesudahan.
Masa bodoh dengan pertanyaan itu! Tidak ada gunanya mencari jawaban atas pertanyaan itu! Demikian kesimpulan pertama saya tentang pertanyaan tersebut.


Dengan “perjalanan pencarian” yang saya lakukan; saya menyadari, saya dapat mengabaikan pertanyaan tersebut.
Tetapi, dalam kehidupan nyata, saya sering terjebak dalam keadaan seperti yang disiratkan oleh pertanyaan “telur duluan ada atau ayam duluan ada?” Banyak pertanyaan yang sifatnya seperti itu tidak dapat saya jawab. Banyak sekali hal-hal yang menimbulkan kebingungan harus duluan ini atau duluan itu? Hal tersebut kadang menimbulkan rasa “tidak percaya diri” dalam mengatasi banyak masalah. Tampaknya, mencari jawaban atas pertanyaan “telur duluan ada atau ayam duluan ada” tidak dapat diabaikan begitu saja.


Kalau saya mengatakan, “telur duluan ada”. Apa bukti dan argumen saya? Dan mereka yang menolak “telur duluan ada” dan menyatakan “ayam duluan ada”. Apa pula bukti dan argumen mereka? Bukankah yang menyatakan “telur duluan ada” atau yang menolak, sebenarnya sama sekali tidak ada pengetahuan yang pasti? Sama-sama sebenarnya tidak tahu mana yang duluan ada? Artinya, yang menyatakan “telur duluan ada” atau yang menyatakan “ayam duluan ada” sama-sama tidak dapat dibenarkan atau disalahkan. Dan masing-masing dapat diterima maupun ditolak? Ah… makin membingungkan!


Yang pasti, ada satu hal yang dapat dipastikan, baik yang menyatakan “telur duluan ada” atau “ayam duluan ada”, sebenarnya mereka tidak ada pengetahuan yang pasti.
Artinya kita sebenarnya tidak tahu “telur duluan ada” atau “ayam duluan ada.” Dan, kedua-duanya tidak dapat dinyatakan salah karena ada nilai kebenaran masing-masing. Di sini berlaku “kebenaran relatif”.
Akhirnya, saya menyadari pangkal permasalahan dari perdebatan yang tidak berkesudahan tersebut. Tentu disebabkan “ketidaktahuan dan kebodohan” kita sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan. Sebenarnya yang tahu hanyalah Tuhan (kebenaran absolut). Pertanyaan “telur duluan ada atau ayam duluan ada” sebenarnya tidak dapat dijawab oleh manusia. Tetapi saya telah mendapat satu jawaban dari “perjalanan pencarian saya” dari pertanyaan tersebut; akhirnya saya memahami di dunia ini akibat keterbatasan yang dimiliki manusia menyebabkan “ketidaktahuan dan kebodohan manusia”. Akibatnya berlaku “hukum relativitas”.


Perjalanan pencarian saya, belum menjawab permasalahan saya dalam mengatasi “telur duluan ada atau ayam duluan ada”. Tetapi saya menyadari perjalanan pencarian saya yang diprovokasi oleh pertanyaan ini, telah mengantar saya ke pintu “perjalanan pencarian berikutnya”. Yakni, pintu untuk memahami apa itu “kebenaran” dan “hukum relativitas”.
Dan, pertanyaan “telur duluan ada atau ayam duluan ada” akan tetap menjadi pertanyaan klasik bagi manusia untuk melakukan “perjalanan pencarian”. Apakah ada yang mau diprovokasi untuk menemukan “kebenaran”.


Sumber : Wakil Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Medan.

Mar 29, 2009

meidy

DESA KANKER YANG JADI DESA KEMATIAN DI CHINA

 

Udara dan air seharusnya memberikan kehidupan pada makhluk hidup. Namun tanpa
disadari, di sebuah di China udara yang dihirup tiap hari saat sekolah, bekerja
atau bahkan bermain di luar, perlahan-lahan telah membunuh penduduknya.
Desa-desa itu pun mendapat julukan 'desa kanker'.


Di Yunan, sebuah provinsi kecil di barat daya China, dilaporkan bahwa di sekitar
500 desa banyak penduduk yang sekarat dan meninggal karena berbagai kanker.
Xing Long, salah satu desa yang mendapat julukan 'desa kanker'. Dalam Bahasa
Indonesia, Xing Long berarti 'sejahtera', tetapi karena polusi desa itu telah
menjadi desa kematian dan desa kanker.
Warga Xing Long menggunakan air dari sungai Nanpan untuk mengairi sawah-sawahnya
yang kaya padi, sampai pabrik dibangun pada tahun 1998 yang mulai membuang
limbah kromium ke sungai, sehingga membuat semua ladang tak subur.
Anak tertua dari keluarga Wu hanya salah satu korban dari polusi. Dia meninggal
pada usia 15 tahun akibat leukemia (kanker darah) dan thymoma (tumor dari
kelenjar timus).


"Ketika ia masih kecil, ia akan pergi dengan kakeknya untuk mengembala domba dan
sapi. Kami dulu punya banyak sapi tetapi mati dan tidak tahu kenapa. Kami tidak
tahu tentang bahayanya (limbah kromium) sampai kami melihatnya di televisi,"
jelas ayahnya, seperti dilansir weirdasianews, Jumat (22/6/2012).
Kromium merupakan logam berat yang digunakan di dunia industri, seperti di
elektroplating. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kromium adalah
karsinogen, mematikan bagi manusia dan hewan bila digunakan dalam jumlah besar.
Seorang wakil dari Greenpeace mengatakan bahwa keasaman air Xing Long 200 kali
lebih tinggi dari biasanya. Ini berarti bahwa kulit seseorang mungkin gatal atau
terbakar hanya setelah kontak dengan air.
"Tapi kami tidak punya pilihan lain. Itu satu-satunya sumber kami," kata seorang
warga Xing Long sekitar sungai.
Di desa-desa lain, petani meninggal karena kanker hati. Juga telah dilaporkan
bahwa petani China kini empat kali lebih mungkin meninggal karena kanker hati
dari biasanya. Dan semua kematian ini diyakini sebagai akibat dari
industrialisasi dan polusi.


Meskipun pemerintah China mengatakan sudah ada upaya serius untuk menangani
masalah polusi, tampaknya hanya orang-orang di kota besar yang diberi perhatian.
Sementara itu, orang-orang di pedesaan dan daerah terpencil diabaikan.
"Pejabat pemerintah dan pengusaha adalah teman. Hal ini mungkin menjadi alasan
media China enggan melaporkan tentang tangisan dan permohonan dari orang yang
terkena dampak. Pabrik ini dilindungi oleh pemerintah. Itu sebabnya polusi
mereka juga dilindungi," kata seorang penduduk desa Xing Long yang marah.
Penduduk Xing Long juga mengatakan bahwa mereka hanya bisa menunggu dengan
khawatir dan melihat apa yang akan terjadi pada mereka di masa yang akan datang.

Mar 28, 2009

meidy

SETETES KEULETAN, MEMINDAHKAN SUNGAI

 

Alkisah, di sebuah desa yang terletak di atas bukit, seluruh kehidupan sedang
dilanda musim kering yang panjang. Sudah menginjak tahun keenam ini tidak ada
setetes air hujan pun yang menetes di desa itu. Suasana desa terasa sedih, putus
asa, dan merana. Wajah-wajah tanpa semangat, persis seseorang yang tak pernah
mandi atau cuci muka selama 7 hari 7 malam.


Di pinggiran desa tersebut, tinggal seorang lelaki setengah baya yang punya tiga
anak pria dewasa. Namun, semuanya memiliki sifat pemalas, tak pernah mau mencari
pekerjaan. Mereka selalu mengemukakan alasan: 'kan susah mendapat pekerjaan di
musim kering seperti ini. Mereka tidak pernah memperdulikan semua nasihat sang
ayah. Mereka lebih suka melamun dan tidur dalam menghabiskan hari-hari mereka.
Lelaki setengah baya itu teringat, di masa mudanya ia sering mengembara di
bukit-bukit desanya sampai ke seberang gunung. Ia ingat, di belakang bukit yang
mengelilingi desa itu, ada sebuah desa yang sangat subur. Mengapa ? Karena di
sana mengalirlah sungai yang tak pernah kering. Andai ada yang mampu memindahkan
gunung dan mengubah sedikit saja aliran sungai menuju desanya yang kekeringan,
maka desanya itu bakal memiliki air cukup, dan tak akan lagi kekeringan.
Namun, di desa itu tak seorang pun yang berani berpikir untuk memindahkan sang
gunung. Semua menganggap tidak mungkin terjadi, tidak mungkin. Menariknya,
lelaki setengah baya yang tinggal di pinggiran desa tadi akhirnya terpanggil
untuk menyelesaikan tantangan yang tidak mungkin itu. Di mana ada kemauan, di
situ ada jalan, katanya dalam hati.


Suatu hari, mengiringi fajar menyingsing, sang lelaki menyingsingkan lengan
bajunya, membulatkan tekadnya. Ia mengambil cangkul dan mulai berjalan dengan
gagah ke arah gunung tersebut. Mulailah ia bekerja keras dan tak kenal lelah
mencangkul dan mencangkul dari subuh hingga matahari tenggelam.
Setelah seminggu ia bekerja, akhirnya anak-anaknya pun mulai memperhatikan ulah
sang ayah. Mereka mulai mempertanyakan apa yang dikerjakan oleh ayahnya. Ketika
sayang ayah menceritakan ia ingin memindahkan gunung, ketiga anaknya pun tertawa
terbahak-bahak. Mereka menganggap ayahnya gila, dan malu melakukan hal yang tak
mungkin. Sang ayah terdiam saja tapi ia tetap melanjutkan pekerjaannya dari hari
ke hari.


Sebulan kemudian, cerita ini pun menyebar ke seluruh desa. Sang lelaki itu kini
malah dijuluki 'si gila' oleh semua warga desa. Ketiga anak lelaki itu lama-lama
malu juga dengan olokan warga desa kalau ayahnya 'gila'. Akhirnya suatu hari
mereka memutuskan untuk membantu ayahnya, sebab katanya: ayah kita tidak gila,
idenya saja yang gila, tapi tampaknya bukan mustahil. Sejak saat itu, ketiga
anak lelaki itu selalu ikut bersama dengan ayah mereka, mencangkul, membuat
sebuah terowongan melalui lembah gunung menuju sumber air di desa tetangganya.
Mereka berangkat subuh dan bekerja hingga matahari tenggelam.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, mereka tetap bekerja dengan sangat
keras dan tekun. Sampai suatu hari, warga desa pun mulai melihat sebuah
terowongan terbuka lebar di gunung desanya. Wah mereka baru mulai sadar dan
tanpa malu-malu mereka mulai mempunyai harapan nyata, tak lama lagi desa mereka
akan mendapat air dari desa tetangga di balik bukit itu.


Maka dengan harapan itu, mulailah satu demi satu, dan akhirnya seluruh warga
desa ikut bergabung untuk membantu mencangkul dan mencangkul dengan penuh
semangat. Tepat setahun lebih sebulan, terowongan itu mencapai sumber air di
desa tetangga dan mulai dapat mengalirkan airnya melalui terowongan yang mereka
buat melewati gunung itu. Sejak itulah warga desa tak pernah lagi kekeringan,
penduduk mendapatkan air untuk tanah pertaniannya, untuk hewan piaraannya,
bahkan untuk mandi dan mencuci.
Seperti kata bijak dari Zig Ziglar, "Kita bisa mengalahkan orang pintar, namun
kita sulit mengalahkan orang yang ulet."

Mar 27, 2009

meidy

BERSYUKUR KEPADA BULAN MENYANGKAL MATAHARI

 

Orang yang setiap hari mendapat perlindungan dan perhatian malahan tidak tahu
bersyukur, karena di siang hari terang, sinar matahari terasa berlebihan.

Ada sebuah cerita dari Yunani, pada suatu hari, ada seorang yang bertanya kepada
seorang kakek, matahari dan bulan mana yang lebih penting. Kakek ini setelah
berpikir cukup lama, lalu berkata, "Sudah pasti bulan, bulan lebih penting."

Orang itu bertanya lagi, "Kenapa bisa begitu?"

Kakek menjawab, "Karena bulan di malam yang gelap bisa memancarkan terang, pada
saat itu kita paling memerlukan cahaya, sedangkan di siang hari sudah terang,
matahari pada waktu itu bersinar tidak ada gunanya."

Kalian mungkin akan menertawakan kakek ini apakah sudah pikun, tetapi apakah
kalian tidak menyadari banyak orang yang berlaku demikian? orang yang setiap
hari menjaga dan memperhatikan Anda, tetapi Anda tidak akan merasakan apapun,
jika ada seorang asing yang lebih peduli sedikit kepada Anda, Anda akan
mengganggapnya sebagai seorang yang sangat baik.

Perhatian orang tua Anda, suami dan istri Anda selama ini, Anda akan
mengganggapnya sebagai hal yang wajar, mungkin Anda juga merasa kurang, begitu
orang luar atau asing melakukan sesuatu hal yang lebih baik sedikit, Anda akan
merasa tersanjung, dan akan sangat bersyukur kepadanya. Apakah bukan hal yang
membingungkan seperti bersyukur kepada bulan, dan menyangkal matahari?"

Matahari selamanya disana, orang akan melupakan cahayanya, ketika saudara kita
semua masih ada, kita akan melupakan kehangatan yang mereka berikan kepada kita,
seseorang yang selalu mendapat perhatian dan kasih sayang malahan tidak merasa
bersyukur, Apakah karena di siang hari memang sudah terang, cahaya matahari
dianggap sebagai berlebihan ? Bagaimana bila tidak ada matahari ?.

Mar 25, 2009

meidy

BATU GIOK HO !

jade-cincin.jpg-733345

Bian Ho adalah orang yang berasal dari negara Chu, dia menemukan sebuah batu
giok besar di pegunungan negara Chu, lalu dia mempersembahkan batu giok ini
kepada raja Chu Liwang.

Setelah diperiksa oleh ahli batu dinyatakan bahwa batu itu adalah batu biasa,
Chu Liwang merasa Bian Ho telah menipunya, lalu dia memotong kaki kanan Bian Ho.

Raja Chu Liwang kemudian wafat, setelah itu raja Wu naik tahta, Bian Ho sekali
lagi mempersembahkan batu giok ini kepada raja Wu, batu giok tersebut juga
dinyatakan sebagai batu biasa, Bian Ho sekali lagi dipotong kaki kirinya oleh
raja Wu.

Ketika Raja Wen naik tahta, Bian Ho membawa batu giok tersebut ke atas gunung
sambil memeluk batu tersebut dia menangis 3 hari 3 malam, sampai mengeluarkan
air mata darah, Raja Wen setelah mengetahui hal tersebut, memerintahkan ahli
batu giok membelah batu tersebut, ternyata didalam batu tersebut terdapat batu
permata yang sangat berharga, Raja Wen menyuruh ahli batu mengosok batu tersebut
sehingga menjadi batu giok yang cantik, lalu diberi nama "Batu Giok Ho".

Akhirnya batu giok Ho ini jatuh ke tangan Raja Zhouhui Wen, Raja Qin Zhouxiang
setelah mengetahui hal tersebut, mengirim utusan menyampaikan surat kepada Raja
Zhouhui Wen, menyatakan maksudnya ingin menukarkan 15 kota dengan batu giok Ho.
Karena 15 kota tersebut saling berhubungan, akhirnya ke 15 kota tersebut diberi
nama "tak ternilai" maksud dari nama kota tersebut adalah untuk menggambarkan
kota tersebut ditukar dari barang yang sangat berharga

meidy

SHAO YONG: MANUSIA AJAIB SEPANJANG MASA

 

Shao Yong (baca: shau yung, 1011 – 1077) ahli filsafat dan ahli Yi Jing (disebut
juga I Ching, ilmu peramalan Tiongkok kuno), dihormati orang dengan julukan
"Raja Suci Luar Dalam". Sejak remaja Shao sudah memiliki cita-cita tinggi dan
sangat cerdas.


Ia belajar dan mengasingkan diri di daerah lebih tinggi dari Kota Baiyuan,
tempat kelahirannya, di Gunung Shumen. Beberapa kali diundang ditawari jabatan
oleh dua kaisar Dinasti Song namun selalu ditolak dengan halus. Pada usia 38
tahun, ia pindah ke Kota Luoyang, sering berwisata dengan teman karibnya Sima
Guang dan lainnya.


Berdasarkan teori otentik yang dibentuk Bagua (delapan diagram atau simbol yang
merupakan dasar sistem kosmogoni dan falsafat Tiongkok kuno) dari dalam kitab Yi
Jing, ditambah lagi dengan pemikiran Taoisme, Shao telah menciptakan sistem
keilmuan dan konsep alam semestanya sendiri, generasi berikut menyebutnya
sebagai "Ilmu Bawaan". Teknik meramalnya sangat tepat, banyak buku telah ditulis
antara lain Guan Wu Pian (Artikel Tentang Pengamatan Materi), Xian Tian Tu (Peta
Apriori), dan lain-lain.


Menurut legenda, Shao Yong ketika usia 7 tahun dan bermain di halaman rumah, ia
menemukan di dalam sarang semut terdapat langit, matahari dan awan. Setelah
dewasa dan pada suatu tengah malam ketika mengembara, ia berkuda mendaki gunung
di Kota Jinzhou, kaki depan kuda terpeleset dan ia terjatuh ke dalam jurang.
Para pengawal menuruni jurang itu dan menemukan Shao Yong sedikit pun tidak
terluka, hanya topinya terkoyak rusak.
Pada masa remaja, Shao Yong antara lain

berkelana ke negara otonom Qi, Lu, Song,
Zheng dan lain-lain, benar-benar telah melaksanakan "Berkelana ribuan kilometer,
belajar ribuan buku". Setelah pulang, ia dengan penuh rasa sentimentil berkata:
"Tao (aliran spiritual Tiongkok kuno yang mengajarkan ilmu sejati) benar-benar
eksis." Ia kemudian tidak berkelana lagi.


Ketika itu seorang sakti bernama Li Tingzhi terkesan oleh Shao yang tekun rajin
belajar, maka diajarkannya rahasia-rahasia ilmu Yi Jing. Dengan kepandaiannya
Shao dapat memahami ilmu tersebut secara keseluruhan dan mendapatkan kesadaran
ajaib, pada akhirnya menjadi guru besar ilmu Yi Jing yang tersohor sepanjang
masa. Shao telah menciptakan sendiri seperangkat konsepsi alam semesta yang unik
dan menguasai penuh hukum Yin-Yang (positif-negatif).


Pada suatu hari di musim semi, Shao Yong menggelar stan peramalan di atas
jembatan Sungai Luo. Menjelang siang hari, seorang petani tua datang menanyakan
nasibnya. Shao menyuruh petani itu memilih sebuah aksara dan ternyata terpilih
sebuah aksara "Kuai, Sumpit". Shao lalu berkata: "Selamat, Anda nanti siang akan
mendapat berkah makanan, cepatlah pulang." Sesampai di rumah, seorang keponakan
petani tersebut mengatakan: "Saya sudah menunggu 2 jam lebih, hari ini ulang
tahun ke-60 ayah saya, ia mengundang Anda makan siang."


Lewat siang hari, Shao sedang berkemas menutup stan, dari kendaraan di selatan
melompat turun seseorang yang kemudian mengatakan: "Tuan harap tunggu sebentar,
sudah lama saya dengar Anda pandai meramal, tolong Anda ramalkan nasib saya
bagaimana." Shao menyuruhnya mengambil satu dari sejumlah gulungan kertas,
setelah dibuka juga sebuah aksara "sumpit", Shao mengatakan kepadanya: "Dilihat
dari aksara sumpit ini, adalah pertanda buruk, hari ini Anda akan terguyur air.
Orang tersebut menatap langit yang terang benderang, maka sama sekali tidak
memedulikannya.


Dengan cepat ia pulang. Sampai di depan rumah, sekujur tubuhnya tepat terguyur
oleh seember air kotor. Ternyata istrinya tidak mengetahui kepulangannya, dan
dengan seenaknya membuang air bekas cucian wajan, sehingga suaminya yang
bergegas pulang sekujur tubuhnya basah kuyup.


Sore harinya, Shao baru sampai di sebuah jembatan, seseorang telah menunggu di
sana dan ingin mengetahui nasibnya hari itu. Shao juga memintanya mengambil
sebuah gulungan kertas, setelah dibuka tetap saja muncul aksara "sumpit", lalu
ia berkata: "Hari ini Anda akan menjumpai petaka di penjara." Orang itu
berpikir, nanti saya tidak keluar rumah, mana mungkin malapetaka datang?
Sampai di rumah, ia langsung tidur di bawah selimut. Tak terduga, ia terbangun
dari tidur nyenyaknya gara-gara sumpah serapah seorang perempuan, ternyata babi
peliharaannya telah mengacak-acak kebun sayur perempuan itu.

Ia naik pitam dan langsung saja meninju tewas perempuan itu yang sebelumnya
memang sudah menderita. Tak sampai 2 jam, petugas pengadilan datang meringkusnya
dan menjebloskannya ke dalam penjara.


Musim Panas 1077, Shao Yong mulai merasakan tubuhnya agak tidak sehat, ia dengan
tersenyum memberitahu Sima Guang dan teman-teman lainnya: "Saya akan pergi
bereinkarnasi dan mengamat-amati segenap makhluk." Chengyi dengan rasa khawatir
mengatakan: "Penyakit Anda orang lain ingin membantu pun tak berdaya, Anda
sendiri sebaiknya berusaha memperbaikinya."


Shao dengan terus terang mengatakan: "Upaya pemeliharaan ini juga akan sia-sia."
Suatu hari di musim dingin, Shao sudah dalam keadaan sekarat. Sebelum meninggal,
putranya bernama Bowen dipanggil dan diberitahu: "Saya ada 3 permintaan, kamu
harus memenuhinya. Pertama, setelah meninggal makamkanlah di pemakaman leluhur
kita di Yichuan, jangan di Luoyang.


Kedua, tulisan pada batu nisan harus ditulis oleh Paman Cheng Hao dan Cheng Bo.
Ketiga, benda apapun jangan dimasukkan ke dalam peti, gagang timba (zaman
dahulu) sebagai bantalan kepala saya, jenazah mengenakan baju hitam kain kasar
dan baju tersebut diolesi minyak. Ketika dimasukkan ke dalam peti, panggikan
putri kecil botak dari marga Li untuk menyaksikan." Setelah itu Shao meninggal
dunia.


Keluarga Shao menuruti semua permintaannya, putri kecil botak dari marga Li
menyaksikan benda apa saja berada di dalam peti, kemudian baru dikebumikan di
pemakaman Yichuan. Peti jenazah diangkat oleh 8 pemuda, awalnya mereka merasa
sangat berat sehingga pundak mereka kesakitan, namun setelah lewat 5 kilometer
kian terasa ringan. Para orang tua mengatakan, Tuan Shao telah moksha.


Sekejap 65 tahun telah berlalu, si putri kecil botak bermarga Li telah menikah,
mempunyai seorang anak lelaki kemudian cucu. Setelah cucu lelaki tersebut dewasa
menjadi maling kubur. Suatu hari, putri botak bermarga Li mendengar cucunya akan
mencuri makam Shao Yong, maka dia mengatakan: "Kalian jangan sekali-kali pergi,
saya melihat sendiri dengan jelas makam Shao tidak ada benda apapun, bahkan
bajunya telah diolesi minyak."


Sehingga makam Shao Yong terhindar dari penjarahan.
Ternyata Shao sebelum meninggal telah mengetahui, cucu putri botak keluarga Li
kelak menjadi maling kubur. 10 puisi Syair Bunga Plum mahakarya Shao Yong dengan
sangat tepat meramalkan peristiwa besar yang akan terjadi hampir 1.000 tahun
sejarah Tiongkok setelah kematiannya.

Feb 17, 2009

meidy

ASAL MUASAL LAMBANG TAIJI

 

yin-yang-fish.jpg-737803

Ada yang mengatakan bahwa kata Taiji pertama muncul pada Buku Perubahan Yi Jing
(義淨), pada masa Dinasti Zhou. Tertulis: "Di mana ada Taiji, di sana ada
kedamaian dan harmoni antara positif dan negatif".

Seperti kita ketahui bahwa orang Tionghoa biasanya menyebut dirinya sebagai
anak-cucu dari YEN (Dewa Matahari) dan Huang Di (黃帝/Kaisar Kuning). Menurut
legenda, pada permulaan terjadinya dunia ini, manusia selalu hidup dalam
kesengsaraan karena diganggu terus oleh Setan Chi You. Terpaksalah Huang Di
turun membasmi Chi You.

Ketika sedang terjadi perang yang dahsyat, Chi You menggunakan sihirnya sehingga
kabut tebal mengelilingi pasukan Huang Di, sampai kehilangan arah. Huang Di
kemudian membuat ZHI NAN CHE (Kereta penunjuk arah; Kompas pertama di dunia!),
sambil memimpin pasukannya untuk keluar dari kabut tebal musuh.

Singkat kata, Huang Di berhasil membasmi Chi You. Kemudian Huang Di mulai
mengajari manusia di bumi ini untuk membuat rumah, memasak beras jadi nasi.
Isteri Huang Di, bernama Lei Zu mengajari orang untuk memelihara ulat sutra dan
memintal benang dari sutra untuk membuat baju, dlsb. Lama kelamaan, mulailah
terbentuk suatu peradaban yang semakin maju.

Suatu ketika saat Huang Di sedang memberikan ceramah pada masyarakatnya, ada
yang menanyakan soal asal usul Sang Kaisar. Huang Di berpikir sejenak, lalu
sambil tersenyum beliau menggambarkan dua ekor ikan yang saling berkejaran di
dalam satu lingkaran. Huang Di mengatakan bahwa dirinya berasal dari sumber yang
tidak bisa dicari awal dan akhirnya, yaitu TAO!

Kemudian, hal ini oleh pengikut Huang Di yang bertugas membuat kata-kata
Tionghoa, yaitu Cang Jie, dicatat sebagai betuk bulatan yang di tengahnya ada
garis meliuk seperti huruf "S", ditambahkan dengan  dua titik yang melambangkan
"Dua Ikan" dan menunjukkan arti kata TAO.

Itulah asal mula lambang TAIJI/THAI CIK yang paling awal yang bisa diketahui
dari legenda sejarah awal terjadinya Bangsa Tionghoa.

logo
Copyright © 2008 by Arts of Meidy's.
Original Template by Clairvo