Telur Atau Ayam?
Kita sering dibingungkan oleh pertanyaan, “apakah telur duluan ada, atau ayam duluan ada”. Sudah berabad-abad, untuk pertanyaan ini belum ada jawaban yang pasti. Setiap pertanyaan tersebut muncul, yang terjadi adalah perdebatan tidak berkesudahan.
Masa bodoh dengan pertanyaan itu! Tidak ada gunanya mencari jawaban atas pertanyaan itu! Demikian kesimpulan pertama saya tentang pertanyaan tersebut.
Dengan “perjalanan pencarian” yang saya lakukan; saya menyadari, saya dapat mengabaikan pertanyaan tersebut.
Tetapi, dalam kehidupan nyata, saya sering terjebak dalam keadaan seperti yang disiratkan oleh pertanyaan “telur duluan ada atau ayam duluan ada?” Banyak pertanyaan yang sifatnya seperti itu tidak dapat saya jawab. Banyak sekali hal-hal yang menimbulkan kebingungan harus duluan ini atau duluan itu? Hal tersebut kadang menimbulkan rasa “tidak percaya diri” dalam mengatasi banyak masalah. Tampaknya, mencari jawaban atas pertanyaan “telur duluan ada atau ayam duluan ada” tidak dapat diabaikan begitu saja.
Kalau saya mengatakan, “telur duluan ada”. Apa bukti dan argumen saya? Dan mereka yang menolak “telur duluan ada” dan menyatakan “ayam duluan ada”. Apa pula bukti dan argumen mereka? Bukankah yang menyatakan “telur duluan ada” atau yang menolak, sebenarnya sama sekali tidak ada pengetahuan yang pasti? Sama-sama sebenarnya tidak tahu mana yang duluan ada? Artinya, yang menyatakan “telur duluan ada” atau yang menyatakan “ayam duluan ada” sama-sama tidak dapat dibenarkan atau disalahkan. Dan masing-masing dapat diterima maupun ditolak? Ah… makin membingungkan!
Yang pasti, ada satu hal yang dapat dipastikan, baik yang menyatakan “telur duluan ada” atau “ayam duluan ada”, sebenarnya mereka tidak ada pengetahuan yang pasti.
Artinya kita sebenarnya tidak tahu “telur duluan ada” atau “ayam duluan ada.” Dan, kedua-duanya tidak dapat dinyatakan salah karena ada nilai kebenaran masing-masing. Di sini berlaku “kebenaran relatif”.
Akhirnya, saya menyadari pangkal permasalahan dari perdebatan yang tidak berkesudahan tersebut. Tentu disebabkan “ketidaktahuan dan kebodohan” kita sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan. Sebenarnya yang tahu hanyalah Tuhan (kebenaran absolut). Pertanyaan “telur duluan ada atau ayam duluan ada” sebenarnya tidak dapat dijawab oleh manusia. Tetapi saya telah mendapat satu jawaban dari “perjalanan pencarian saya” dari pertanyaan tersebut; akhirnya saya memahami di dunia ini akibat keterbatasan yang dimiliki manusia menyebabkan “ketidaktahuan dan kebodohan manusia”. Akibatnya berlaku “hukum relativitas”.
Perjalanan pencarian saya, belum menjawab permasalahan saya dalam mengatasi “telur duluan ada atau ayam duluan ada”. Tetapi saya menyadari perjalanan pencarian saya yang diprovokasi oleh pertanyaan ini, telah mengantar saya ke pintu “perjalanan pencarian berikutnya”. Yakni, pintu untuk memahami apa itu “kebenaran” dan “hukum relativitas”.
Dan, pertanyaan “telur duluan ada atau ayam duluan ada” akan tetap menjadi pertanyaan klasik bagi manusia untuk melakukan “perjalanan pencarian”. Apakah ada yang mau diprovokasi untuk menemukan “kebenaran”.
Sumber : Wakil Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Medan.
0 comments:
Post a Comment