Adat Sabuah Siampahar : Dayak Ahe / Kanayatn – Landak Kalbar
Kali ini Meidy bebera[a waktu lalu mempunyai kesempatan untuk jalan-jalan di daerah Karangan, tepatnya desa Sailo kecamatan Mempawah Hulu, Kab Landak Propinsi Kalimantan Barat. Di daerah ini hampir mayoritas berasal dari suku dayak Kanayatn atau lebih dikenal dengan suku dayak ahe (Ahe=bukit). Untuk menuju karangan dapat ditempuh dari Bandara International Supadio Pontianak sekitar 3 jam, dengan kondisi jalan yang bagus. Bus umum tersedia sampai sore hari dari terminal Batu Layang Pontianak.
Kebetulan ketika saya di sana warga sedang menyiapkan acara adat sabuah siampahar, sebuah acara adat untuk memohon ijin kepada alam agar kegiatan masyarakat untuk mengelola lahan (buka lahan atau tebang pohon) direstui dan membawa hal yang baik bagi masyarakat.
Seperti masyarakat dayak yang lain, masyarakat di sini memberikan sesaji kepada alam di depan pohon yang akan ditebang, dengan sesaji itu diharapkan penguasa alam mau menerima dan merestui kegiatan masyarakat.
Masyarakat dayak ahe di kabupaten Landak Kalimantan Barat hampir sebagian besar menganut agama Katholik Roma, dan iman kepada Yesus Kristus tersebut justru semakin menguatkan masyarakat dayak ahe untuk semakin kuat mempertahankan nilai-nilai religi dan budaya tinggalan leluhur mereka terutama dalam menjaga keseimbangan manusia terhadap alam lingkungan sekitarnya.
Upacara sabuah siampahar atau acara adat untuk memohon keselamatan berkaitan dengan kegiatan pengelolaan alam ini biasaya dimuali dengan doa oleh demong atau temenggung adat dayak di sebuah tempat yang dianggap masih keramat atau dihuni oleh makhluk penjaga alam. Biasa lokasinya dipilih di dekat mata air atau di bawah pohon besar. Rangkaian sesaji termasuk ayam dan tidak ketinggalan pemotongan babi dipersembahkan sebagai wujud syukur masyarakat atas kebaikan alam.
memotong babi untuk santapan
Setelah doa-doa dipanjatkan biasaya dilanjutkan dengan pesta yang menu wajibnya adalah daging babi, tentu saja saya ikut menikmatinya, dan memang sangat enak menikmati masakan di tengah-tengah masyarakat dayak ahe apalagi menikmati di alam terbuka.
Di tengah-tengan masuknya investor kelapa sawit dan pertambangan bauksit di Kabupaten Landak, masyarakat tetap teguh untuk mempertahankan tradisi peninggalan leluhur mereka.
*) Dimuat di Majalah DUTA, Komsos Keuskupan Agung Pontianak No.277 Th XXIV – Agustus 2010, Hal 43.
0 comments:
Post a Comment