separate
logo

Jan 7, 2009

meidy

Hakka dan Republik Lan Fang

image

                Mengaku bangga dengan Indonesia… Meidy jadi malu. Apalagi mau bicara soal nasionalisme, rasanya nyali jadi menciut! Biasanya Meidy paling vokal, paling lantang sampai bicara kasar bila ada kesempatan dalam forum yang mendiskusikan masalah akuisisi budaya Nusantara oleh negara tetangga. Ditengah rasa bangga dan semangat menulis tentang akar kebudayaan di Kalimantan Barat khususnya Etnis Hakka, justru satu kenyataan pahit yang Meidy dapatkan dari sahabat putra asli Singkawang-Kalimantan Barat. Indonesia bakal kehilangan potongan sejarahnya! Kali ini yang mengadopsi bukan Malaysia, tapi Singapore! Ironisnya, sejarah yang bakal hilang itu justru yang sama sekali tak pernah ada dalam catatan sejarah Indonesia. Tragis! Bangsa yang besar ini dianggap tidak bisa memelihara sejarah, sampai-sampai negara lain yang harus mengadopsi dan membuat replika sejarah itu, dan justru sangat berhasil dalam prakteknya. Ya! Negara Singapore adalah replika dari sebuah republik pertama yang pernah ada di Asia, tepatnya di Nusantara, bahkan lebih dulu ada sebelum berdirinya Negara besar Amerika. REPUBLIK LAN FANG!

 image

Lo Fong Pak  (doc.pri : courtessy of rbonardy)

 

                 Jauh sebelum Indonesia terbentuk jadi sebuah negara, di bagian Barat Kalimantan (Borneo) telah berdiri sebuah bentuk republik, dan berhasil bertahan selama 110 tahun sebelum dihancurkan oleh penjajahan Belanda. Republik ini didirikan oleh orang China yang saat itu dikirim sebagai pekerja tambang, saat terjadi gold-rush di Borneo. Meskipun hanya dianggap sebuah dongeng sebelum tidur, realita yang ada menunjukkan banyak sekali jejak peninggalan republik ini yang tersebar di seluruh Kalimantan Barat, dan sangat memprihatinkan, tak terawat! Inilah yang Meidy katakan sebagai IRONIS. Justru keberadaannya ramai sekali dibicarakan dalam bentuk artikel atau forum diskusi di luar negeri.

 

Adalah seorang Lo Fong Pak, prantau bersuku-bangsa Hakka dari negeri China berusia 34 tahun, yang berhasil mempersatukan 14 kongsi dagang yang terdiri dari berbagai golongan suku bangsa Hakka yang ada di Borneo, dan menamakannya dengan LAN FANG. Persatuan ini ditujukan untuk melindungi diri dari persengketaan, yang kerap terjadi, dan mengancam terpecah belahnya persatuan di daerah itu. Lan Fang sangat berhasil dan namanya kian masyhur, nama Lo Fong Pak menjadi identik dengan Lan Fang, dan keberhasilannya diakui oleh kesultanan di seluruh Kalimantan bagian Barat. Atas dasar persatuan kongsi dagang itu, berdirilah sebuah pemerintahan yang  dinamai persis seperti kongsi dagang itu, Lan Fang. Meski rakyat mendesak agar Lo Fong Pak menjadi sultan dan menjalankan kesultanan dalam pemerintahannya, Lo Fong Pak menolak, dan bersikukuh memilih bentuk republik, dengan sistem pemerintahan ‘presidential’.

 

               Melalui pemilihan umum akhirnya Lo Fong Pak terpilih menjadi presiden pertama Republik Lan Fang. Beribukota di Tung Ban Lit (Mandor) yang secara harafiah berati “Timur dengan selaksa konstitusi”. Bendera Republik Lan Fang berbentuk segi empat berwarna kuning dengan tulisan berbahasa Mandarin “Lan Fang Ta Tong Chi”. Seperti yang tertera pada tugu peringatan, Republik Lan fang berdiri pada tahun 1776, yang menjadi menarik dari keberadaan republik ini adalah, justru saat itu bentuk pemerintahan masih berupa kesultanan, dimana hukum adat masih sangat kokoh dipraktekkan. Kesultanan Bugis, Melayu dan Dayak sangat berkuasa di daerah pesisir dan daratan Kalimantan. Konsep Republik justru berhasil memperkokoh ikatan persaudaraan di daerah Kalimantan Barat.  Presiden pertama Republik Lan Fang, Lo Fong Pak wafat pada tahun 1795.

image

Tugu Monterado, Mandor (doc.pri : courtessy of rbonardy)

 

Beberapa catatan menarik tentang Republik Lan Fang, antara lain:

  • Diberlakukan sistem Pemilihan umum yang pada saat itu sama sekali belum dikenal dalam iklim pemerintahan Kesultanan di wilayah Borneo.
  • Konsep Trias Politika sudah dipraktekkan, pemerintahan dijalankan dengan mengaktifkan lembaga Legislatif, Yudikatif, dan Eksekutif.
  • Republik ini telah memiliki kitab undang-undang hukum, menjalankan sistem pertanian, membangun sarana transportasi, mengatur pertambangan menjadi lebih baik, menyelenggarakan konsep perbankan, dan mengutamakan pendidikan bagi warganya.
  • Republik Lan Fang bertahan selama 110 tahun, dan telah memilih 10 orang presiden sebagai pemimpin republik.
  • Saat Republik Lanfang memasuki usia ke-47 yang dipimpin oleh presiden ke-5, Belanda telah menguasai seluruh daratan Borneo, Lan Fang mulai kehilangan hak otonomi, dan menjadi bagian dari kolonial Belanda.
  • Saat VOC membuka kantor cabang di kota Pontianak, mulailah campur tangannya menguasai Republik, Lanfang sempat bertahan selama 4 tahun, dan akhirnya menyerah kalah. Orang-orang Republik Lan Fang banyak yang melarikan diri ke Sumatera (Malaka).

               Kini beredar rumor, bahwa Negara tetangga kita, Singapore adalah Republik Lanfang Modern, replika yang sangat pas, dan berhasil mengadopsi sistem pemerintahan Lan Fang, kenapa? Konon Lee kwan Yew sang pendiri negara kecil yang makmur ini adalah seorang keturunan pendiri Lan Fang yang berhasil lari ke Sumatera, berikut ini sekelumit bukti yang mengarah pada kebenaran berita tersebut:

_________________________

My family history in Singapore began with my paternal great-grandfather, Lee Bok Boon, a Hakka …… Lee Bok Boon was born in 1846 in the village of Tangxi in the Dabu prefecture of Guangdong …… My grandfather, Lee Hoon Leong – whom I addressed as Kung or “grandfather” in Chinese – was born in Singapore in 1871 …… My father was born in Semarang in 1903, in the Dutch East Indies.

Chua Kim Teng [LKY’s maternal grandfather] … was born in Singapore in 1865, into a Hokkien Chinese family that came from Malacca. … His first two wives had died and the third was my grandmother, Neo Ah Soon, a large, broad-shouldered Hakka from Pontianak in Dutch Borneo, who spoke the Hakka dialect and Indonesian Malay. (From Lee Kuan Yew, The Singapore Story: Memoirs of Lee)

_____________________

 

              Setelah Malaysia berhasil membangun sebuah museum yang sangat mewah, lengkap dan megah yang dinamakan Museum Kerinci, tidak heran kalau sekarang Singapore sedang merampungkan sebuah museum yang tak kalah megahnya, tak kalah lengkapnya, dan akan dinamakan MUSEUM LAN FANG. Indonesia hanya boleh gigit jari! tanpa usaha apapun, tanpa upaya apapun… Bukan tidak mungkin nanti anak cucu kita belajar sejarah Nusantara harus pergi ke Singapore, ke Malaysia.. Belanda, apakah ini yang dicita-citakan? Nusantara meluas ke seluruh pelosok dunia, karena sejarahnya dimiliki negara lain. Apa bangganya bila Meidy kini meneriakkan kalimat YANG PALING INDONESIA ??!!

 

              Keprihatinan yang sangat dalam adalah Meidy belum bisa berbuat banyak untuk Nusantara tercinta ini, Meidy belum mampu! tapi jauh di lubuk hati yang terdalam cinta ini tak akan pernah pudar, jadi Meidy akan berhenti bicara tentang nasionalisme, berhenti membicarakan cita-cita muluk tentang Nusantara. Sebagai gantinya Meidy akan berdoa di dalam hati saja. Semoga generasi penerus yang memimpin Indonesia datang dari orang-orang yang beriman, takut pada azab Tuhan yang mengerikan, memiliki cinta dan tanggung jawab besar terhadap Tanah Air yang kaya raya ini.

 

Just Intermezo:

           Meidy pribadi membenarkan negara Singapore yang bangga dan cinta terhadap sejarah besar ini, hingga mereka mau mengeluarkan biaya besar untuk membuat rekonstruksi sejarah Lan Fang, lihat apa yang diperbuat masyarakat Indonesia terhadap bukti sejarah ini.. Memang hanya sebuah TUGU, tapi sejarah besar tidak patut dirusak oleh alasan apapun! Entah karena sejarah besar ini ditorehkan oleh etnis China? I realy don’t know.. whatever the reason it’s a STUPIDITY .

 

           Sementara orang-orang luar negeri begitu antusiasnya membuat rekonstruksi, dokumentasi dan lain sebagainya tentang keberadaan seorang Lo Fong Pak, yang berhasil menorehkan sejarah besar sebuah karya dalam bentuk REPUBLIK pertama yang pernah ada, misalnya seorang Belanda yang mengabadikannya dalam sebuah novel:

 image

New Year’s Eve At Singkawang

Novel karya: Robert Van Gulik

0 comments:

Post a Comment

logo
Copyright © 2008 by Arts of Meidy's.
Original Template by Clairvo